top of page

Bab 1 - AFaAK

Andrea Ventura berdiri di kamar yang panas dan bau amis itu, darah dan daging bertebaran dimana-mana dan membasahi seisi kamar. Tiga mayat orang dewasa tergeletak tak berdaya di sekitar Andrea, tetapi dari sudut ruangan terdengar suara tangis yang pelan.


Dengan senapan sub-machine Thompson 1928 di tangan kanannya, Andrea berjalan kesudut kamar dan duduk di hadapan seorang bocah yang usianya mungkin saja sama dengan usia anaknya sendiri.


Setelah duduk di depan anak itu, Andrea meletakkan Thompson-nya di lantai dan menyalakan rokok dan mulai menghisapnya, menyemburkan asap putih yang pekat ke wajah anak itu yang masih belum bisa berhenti untuk menangis. Anak itu hanya bisa diam tak bergerak, melihat kedua orang tua dan kakaknya yang tewas di tangan manusia yang saat ini berada di depannya membuatnya sangat ketakutan.


“Siapa namamu nak?“ tanya Andrea dengan suara yang tenang dan datar. Tak ada jawaban dari anak itu selain suara tangisan pelan.


“Namaku Andrea, Andrea Ventura. Usiaku saat ini 38 tahun, aku bekerja untuk Boss Mafia bernama Gilardo Tappeli,“ ucap Andrea, ini adalah kebiasaan yang sering ia lakukan apabila ia harus berurusan dengan manusia tak berdosa dari keluarga yang harus ia bunuh.


“Jika kau ingin membalaskan dendam keluargamu, silahkan cari aku.“ Andrea menghembuskan asap rokok lagi ke wajah anak itu.


Andrea kemudian bangkit berdiri, membersihkan jas hitam yang saat itu Ia kenakan lalu berjalan kearah pintu keluar rumah dan mengambil topi fedora hitam yang berada di gantungan pakaian.


Ia berjalan menyusuri kota yang sepi di malam hari itu, suara senapannya saat membunuh tiga orang itu pasti terdengar di rumah-rumah lain di sekitar sini tetapi mereka semua tidak ingin ikut campur dengan urusan ini. Karena mereka tahu apabila mereka seharusnya tidak usah ikut campur dengan masalah mafia, terutama kelompok Mafia Tappeli.


Sudah lima tahun lamanya Andrea bekerja untuk bossnya itu, Gilardo adalah salah satu dari sedikit manusia yang tidak ingin Andrea ganggu kehidupannya. Gilardo percaya apabila jika seseorang ingin menguasai suatu hal, maka satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah melalui cara kekerasan. Dan Andrea adalah pembunuh bayaran terbaik dari kelompok Mafia Tappeli. Gilardo selalu percaya dengan kemampuan Andrea, dan tidak pernah ragu untuk menurunkan Andrea dalam misi pembunuhan orang-orang penting yang dianggap sebagai rintangan untuk bisnis Gilardo.


Seperti halnya hari ini, keluarga yang baru saja ia bunuh adalah pengacara yang kerap kali menjatuhi Mafia-mafia di kota ini ke dalam penjara atau kematian. Sudah banyak sekali kelompok-kelompok Mafia lainnya yang sudah musnah karena mereka, kepintaran dan kedekatan mereka dengan pemerintah membuat mereka semakin ditakuti oleh mafia lainnya. Termaksud Gilardo, karena pemerintah adalah satu-satunya rintangan yang akan sulit untuk dijatuhkan oleh kelompok Mafia manapun.


Malam ini terasa dingin sekali untuk pertama kalinya di kota ini, membuat suasana menjadi lebih mencekam dari sebelumnya tetapi Andrea tetap berjalan terus sampai akhirnya ia tiba di gedung tinggi besar yang terlihat kumuh dan dijaga oleh beberapa orang Tappeli.


Beberapa orang itu melihat kearah Andrea dan mulai membisikkan sesuatu ke teman di sebelahnya tetapi Andrea tidak memperdulikan mereka dan terus berjalan masuk kedalam gedung, dimana sekali lagi ia disambut oleh beberapa orang Tappeli yang menjaga pintu masuk.


Andrea kemudian menaiki tangga dan setibanya di lantai tiga gedung itu, Andrea masuk kedalam salah satu ruangan dan berjumpa dengan bossnya sendiri, Gilardo Tappeli yang sedang duduk di kursi tahtanya. Ruangan pribadi milik boss mafia terbesar di kota ini tentu saja terkesan sangat mewah.


“Sudah?“ tanya Gilardo, suaranya terdengar serak dan berat karena usianya yang sudah memasuki senja, tetapi wajah dan perawakannya masihlah terlihat segar bugar.


“Pekerjaan yang mudah, aku sudah pernah menangani manusia yang lebih merepotkan daripada mereka.“ Jawab Andrea sembari melempar rokoknya keluar jendela.


“Kau memang tak pernah mengecewakanku, tetapi apakah kau siap untuk satu tugas lagi untuk hari ini?“ tanya Gilardo. Ia memang beberapa kali pernah memberikan lebih dari dua tugas dalam satu hari, tetapi saat ini sudah hampir tengah malam dan biasanya Gilardo tidak pernah memberikan tugas di jam-jam seperti ini. Tetapi Andrea memilih diam dan hanya duduk di depan Gilardo yang tersenyum kearahnya, terlihat senang dengan sikap yang ditunjukan oleh Andrea.


“Beberapa prajurit kita baru saja tewas ketika mereka kutugaskan untuk mengambil uang sewa, mereka yang selamat mengatakan apabila para prajurit telah tewas dibunuh oleh seorang pria berambut pirang dan tampaknya pendatang baru di kota ini,“ kata Gilardo, ia berhenti sejenak dan mengambil permen jeruk kesukaannya dan memasukannya ke dalam mulutnya.


“Aku tak pernah suka jika ada yang berani bermacam-macam dengan orangku, dan orang baru ini harus diberi pelajaran. Luca bilang apabila satu-satunya orang yang memiliki ciri khas dengan orang baru itu tinggal tak jauh dari sini, Ia akan menunjukan dimana dia tinggal dan kau tinggal melakukan tugasmu.“ Lanjutnya, Luca adalah orang spesial dalam Mafia Tappeli. Ia dikenal sebagai mata dan telinga jalanan, Ia tahu dimana semua orang di kota ini tinggal dan apa saja kegiatan sehari-hari mereka.


“Ini uangmu, dan aku sudah mengirimkan pembersih untuk merapikan hasil kerjamu di rumah pengacara itu,“ Gilardo kemudian menyodorkan segepok uang kepada Andrea, uang yang jumlahnya cukup untuk beberapa bulan kedepan.


“Kembali lagi padaku jika kau sudah selesai, dan kau akan kuberi uang tambahan. Kau mau berangkat sekarang?“ tanya Gilardo, dan Andrea melihat kearah jam tangannya dan waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, anak dan istrinya pasti sudah tertidur dengan lelap.


“Aku akan berangkat sekarang, anakku pasti sudah tidur.“ Andrea kemudian mengambil uangnya dan pamit kepada Gilardo, lalu berjalan keluar menuju gudang senjata.


Gedung ini mempunyai empat gudang senjata yang kesemuanya penuh dengan senapan dan senjata yang sangat berbahaya, dan juga adalah salah satu tempat yang paling sering Andrea kunjungi karena Andrea sering kali kelupaan dan meninggalkan senjata miliknya sendiri di lokasi pembunuhan. Suatu tindakan yang sebenarnya sangatlah fatal untuk dilakukan, tetapi toh Andrea masih aman sampai sekarang.


Sesampainya di dalam gudang itu, Andrea langsung disambut hangat oleh penjaga gudang yang menanyakan Andrea senjata apa yang Ia ingin gunakan untuk hari ini.


“Marlin 336.“ Ucap Andrea, itu adalah senapan rifle favoritnya. Dan tak butuh waktu yang lama, orang itu kemudian memberikan senapan berwarna coklat kayu itu kepada Andrea. Andrea lalu mendorong tuas dibawah pelatuk dan satu buah peluru keluar dari senjata itu dan Andrea lalu menarik kembali tuas itu.



“5 buah .30-30 Winchester.“ Pinta Andrea, dan orang itu kemudian memberikan 5 buah peluru berukuran cukup besar ke Andrea yang langsung memasukannya kedalam senapan dari samping, lalu mendorong dan kemudian menarik kembali tuas dibawah pelatuk dan sekarang senapan favoritnya itu siap untuk ditembakkan.


“Hanya berburu sedikit?“ tanya penjaga gudang dan Andrea membalasnya dengan anggukan.


“Selamat berburu.“ Andrea kemudian keluar dari gudang dan berjalan keluar dari gedung itu, dimana ia langsung disambut oleh Luca, seorang pria gundul bertubuh bungkuk yang langsung menyuruh Andrea untuk mengikutinya. Luca kemudian menuntun Andrea yang menenteng senapan di lengannya melewati jalanan-jalanan kota yang sepi.


“Pria ini baru saja membunuh 4 orang dari kita dengan senapan sub-machinenya, tetapi saat ini dia sedang berada di rumahnya dan tampaknya sedang berbicara dengan seseorang,“ kata Luca, Andrea mengusapkan senapan Marlin 336-nya dan mulai merasakan jari-jarinya terasa lebih hangat.


“Dan kau akan suka ini, ia duduk membelakangi jendela yang mempunyai celah kecil untuk dimasuki peluru, orang lain mungkin tidak akan bisa menembaknya dari celah itu tetapi aku yakin kau bisa.“ Sambung Luca dan tak lama kemudian mereka berdua sudah berdiri tidak terlalu jauh dari rumah itu, tetap menjaga jarak agar mangsanya kali ini tidak mengetahui keberadaan mereka.


Dan yang dikatakan Luca benar adanya, Andrea bisa melihat rambut pirang orang itu dari celah kecil jendela yang berbentuk lingkaran, lampu terang yang menerangi ruangan itu menyinari dua manusia di dalamnya yang sebentar lagi akan tewas.


Andrea kemudian mulai membidik kearah lubang kecil jendela itu, menempelkan pipi kanannya ke senapan dan kemudian menarik pelatuknya dan membunuh pria pirang itu dengan cepat. Ketika pria pirang itu terjatuh, terlihatlah orang kedua yang duduk di depan pria itu, wajahnya yang terkejut terlihat jelas di kedua mata Andrea. Ia kemudian mendorong tuas di bawah pelatuk dan menariknya lagi, kemudian Ia menembakan senapannya satu kali lagi kearah orang itu yang mengenai tepat di dahinya. Dua suara tembakan yang sangat keras menggelegar di jalanan yang sepi itu. Telinga Andrea terasa sakit.


“Kau memang benar-benar manusia terhebat dalam urusan ini.“ Ucap Luca masih menutup kedua telinganya. Andrea kemudian mendorong tuas itu dan senapannya mengeluarkan sebuah peluru lagi, lalu kemudian Andrea menarik tuasnya.


“Bersihkan tempat itu.“ Luca langsung bergegas masuk kedalam rumah itu.


Andrea menghembuskan nafas panjang di udara yang dingin saat itu, mengeluarkan asap yang keluar dari mulutnya. Malam semakin terasa dingin dan Andrea semakin tidak sabar untuk pulang kerumah. Setelah memperhatikan sekitarnya dan menemukan tidak ada satupun manusia di sekitar situ, Andrea lalu memutuskan untuk meninggalkan Luca dan berjalan kembali menuju bossnya.


Dalam perjalanan, telinga Andrea mulai terasa lebih baik dan tidak terasa sakit lagi. Andrea mulai berpikir untuk membeli atau menciptakan sesuatu untuk menutup telinganya selama Ia bertugas, karena jika telinganya mengganggu dirinya ketika dalam situasi pertarungan maka nyawanya bisa hilang dalam sekejap.


Tidak lama kemudian, Andrea sudah sampai di dalam ruangan Gilardo dan Gilardo menyambutnya dengan senyuman lebar dan senang. Segepok uang berjumlah besar disodorkan lagi olehnya untuk Andrea dan Andrea langsung mengambil dan memasukannya kedalam saku jasnya.


“Bagaimana kabar Istri dan Anakmu?” tanya Gilardo sembari menyuruh Andrea untuk duduk di depannya.


“Mereka semua baik-baik saja.“ Jawab Andrea singkat.


“Ah, aku senang mendengarnya. Lusa nanti Ziotto Penale akan menikah dengan kekasihnya, dan dia mengundang kau dan keluargamu untuk datang ke pestanya.“ kata Gilardo, Ziotto adalah orang kepercayaan Gilardo dan bisa dikatakan sebagai wakil dari Mafia Tappeli, Ziotto juga adalah orang yang memperkenalkan Andrea ke dalam dunia ini.


“Kau seharusnya datang, karena banyak sekali orang-orangku yang segan dan takut kepadamu karena kau tidak pernah berbicara dengan mereka,“


“Kita ini adalah keluarga, dan kau sudah menjadi bagian dari kami. Maka bersikaplah seperti itu,“


“Baiklah, aku tidak akan menahanmu lebih lama lagi. Timo sudah menunggu di depan dan akan mengantarmu pulang kerumah.“ Ucap Gilardo dan Andrea bangkit berdiri.


“Titipkan salam hangatku untuk Aurora.“ Lanjutnya ketika Andrea sudah keluar dari ruangan itu.


Andrea masih menenteng senapan Marlin 336 di tangan kanannya dan berjalan dengan santai dan tenangnya menuju pintu keluar gedung, dimana orang-orang Tappeli masih melihat kearah dirinya dengan tatapan penasaran dan takut. Seakan-akan Andrea bisa menjadi gila dan membunuh mereka semua dalam beberapa detik kedepan.



Mobil Alvis TC21 berwarna hitam membunyikan klaksonnya dan Andrea segera bergegas dan memasuki mobil itu, dimana ia sudah disambut dengan hangat oleh Timo. Timo adalah salah satu dari sedikit orang Tappeli yang Andrea suka dan mau untuk diajak berbicara, karena Andrea sudah sering kali bertemu dengan Timo dan juga karena Timo adalah manusia yang baik.


“Bagaimana kabarmu hari ini, tuan?“ tanya Timo sembari tersenyum lebar, memamerkan deretan giginya yang berwarna kuning.


“Semuanya baik, bagaimana denganmu Timo?“


“Seperti biasanya, mengantarkan tamu-tamu penting dari tuan Gilardo. Dan hari ini tampaknya anda adalah orang terakhir yang akan kuantarkan.“


“Kau diundang ke pernikahan Ziotto?“ tanya Andrea.


“Ah ya, salah satu tamu tuan Gilardo juga mengatakan hal itu. Tetapi aku tidak diundang oleh tuan Gilardo atau siapapun.” Jawab Timo, senyum lebarnya mengecil sedikit.


“Kau akan datang, jemput aku dan keluargaku lusa nanti.“ Kata Andrea dan Timo menengok kearahnya dengan tatapan senang dan bahagia.


“Terimakasih tuan, kau sungguh baik hati sekali.“ Ucap Timo dan Andrea tersenyum melihatnya.


“Perhatikan jalanan, Timo.“ Perintah Andrea dan Timo langsung membelokkan mobilnya dengan sigap untuk menghindari tiang lampu jalanan di depan.


Suasana di kota benar-benar sepi jika sudah malam seperti ini, ada beberapa orang yang berkumpul untuk sekedar menghangatkan badan tetapi lebih banyak lagi sedang tertidur dengan pulas dan nyamannya di kamar mereka yang hangat saat ini.


Dan tak butuh waktu lama, Timo dan Andrea akhirnya sampai di depan rumah milik Andrea yang terletak di pinggiran kota, rumahnya adalah rumah yang besar dan cukup mewah. Mobil keluarga pribadi milik Andrea juga terparkir di depan rumah.


“Ini untukmu, dan ku tunggu kau lusa nanti.“ Ucap Andrea sembari memberikan cukup banyak lembaran dolar ke tangan Timo yang terkejut melihat jumlah yang diberikan oleh Andrea. Andrea lalu mengambil senapannya dan keluar dari mobil.


“Terimakasih banyak, tuan!“ ucap Timo sedikit berteriak ketika Andrea akhirnya sudah keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk rumahnya,dimana Istrinya yang Ia sayangi sudah menunggu kedatangannya.


Bersambung ...


9 views0 comments

Related Posts

See All

Commentaires


bottom of page