top of page

Bab 12 - AFaAK

Andrea kemudian mengajak istrinya untuk menuju ke kamar mereka, dimana mereka berdua langsung berbaring di kasur empuk milik mereka. Tetapi mereka berdua belum menutupkan kedua mata mereka, lampu kamar masih menyala dan Andrea juga menyalakan radio dengan volume kecil untuk sekedar melantunkan lagu.


“Ketika kau bercerita tentang papan catur itu, aku jadi teringat ketika pertama kali kita bertemu.” Kata Andrea, dan meskipun Ia tidak bisa melihat wajah istrinya yang berbaring di sebelahnya, ia tahu apabila istrinya sedang tersenyum.


“Yeah, kau benar-benar orang yang sedang kacau saat itu. Tetapi untungnya setelah kau bertemu denganku, semuanya menjadi lebih baik.”


“Aku adalah veteran perang dunia kedua yang memilih untuk mengasingkan diri setelah perang usai, setelah sampai di kota ini. Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku tidak punya kerjaan atau apapun yang bisa membuat hidupku menjadi lebih baik.”


“Satu-satunya caraku untuk kabur dari itu semua adalah dengan meminum alkohol sebanyak yang aku bisa, aku sempat memikirkan untuk kembali ke dunia militer dan melakukan apa saja yang bisa membuatku keluar dari sini.”


“Untungnya, kau tidak melakukan itu.” Kata Aurora, sembari menghadap ke arah Andrea, Ia terlihat sangat cantik.


“Yeah, untungnya aku tidak melakukan itu dan memutuskan untuk tertidur saja di taman itu.” Sambung Andrea, dan mereka berdua tertawa pelan.


“Aku juga adalah orang yang berbeda sebelum bertemu denganmu, aku hanyalah seorang wanita yang menyukai kesepian dan hanya ingin bermain catur saja seumur hidupku.” Ucap Aurora sembari mengelus pipi Andrea dengan lembut.


“Sebelum bertemu denganmu, aku hanya menghabiskan hari ku untuk membantu ibuku di rumah. Membuatkan makanan kesukaannya, menyirami tanaman favoritnya dan juga merawatnya sebisa mungkin. Ketika ia meninggal, aku menjadi manusia yang berbeda. Aku lebih menyukai kesendirian, dan jatuh cinta terhadap papan catur yang sering aku mainkan bersamanya ketika Ia masih hidup.”


“Tiap harinya, aku selalu mengunjungi taman itu di pagi hari dan bermain catur seorang diri. Tak jarang, satu atau dua orang berhenti dan bermain catur denganku, tetapi mereka tidak kembali lagi setelahnya. Hanya kau yang kembali untuk bermain catur denganku.”


“Hari dimana ketika kau memutuskan untuk kembali lagi padaku, adalah hari dimana aku memutuskan untuk pergi dari kesepian dan ingin bersamamu.”


“Tetapi kau tahukan, apabila saat itu aku hanyalah pemabuk yang tidak punya apa-apa? Lalu mengapa kau ingin bersamaku?” tanya Andrea, Aurora tersenyum semakin lebar.


“Karena kau mencintaiku, itu adalah satu-satunya alasan bagiku untuk tetap bersamamu.” Jawab Aurora, dan Andrea langsung mencium bibir istrinya itu dengan hangat dan lembut.


Malam itu, mereka berdua tertidur dengan hangat dan nyaman. Ketika Andrea membuka kedua matanya di pagi esok, ia langsung disambut oleh matahari yang sudah menyinari kamar miliknya itu. Seperti biasa, Andrea segera meminum segelas air di sampingnya dan kemudian berjalan menuju dapur.


Sesampainya di ruang makan, kedua anaknya sudah terbangun dari tidur mereka dan sedang menikmati sarapan mereka. Aurora langsung menyodorkan segelas kopi hitam pahit untuk Andrea minum, Andrea pun duduk di antara dua putrinya dan meminum kopi hitamnya secara perlahan.


Natalia melihat ke arah kopi hitam pahit milik Andrea dan terlihat penasaran sekali, Andrea kemudian mendorong gelas kopi itu ke hadapan Natalia agar Ia bisa mencobanya. Tetapi ketika kopi hitam pahit sudah mulai masuk ke dalam mulutnya, Natalia dengan cepat menyemburkannya kembali ke meja, membuat semua orang disitu tertawa melihat tingkah lakunya.


“Pahit sekali!” kata Natalia, sementara orang-orang di sekitarnya tertawa. Andrea bergegas mengambil kain lap dan mulai membersihkan sisa kopi hitam tadi.


“Kenapa kau bisa suka minuman sepahit itu?” tanya Natalia, Andrea tertawa sebentar sebelum menjawabnya.


“Entahlah, mulut orang memang berbeda-beda. Ayah lebih suka makanan atau minuman yang sedikit pahit, karena jika terlalu manis ayah bisa muntah.” Jawab Andrea dan Natalia menatapnya tak percaya.


“Yeah, menyebalkan bukan?” tanya Andrea dan Natalia tertawa pelan mendengarnya berbicara seperti itu.


“Sayang, hari ini kita akan sarapan di restoran. Kau jangan makan terlalu banyak.” Kata Andrea kepada istrinya yang langsung menganggukan kepalanya.


“Kalian sudah mandi?” tanya Andrea, dua putrinya menggelengkan kepala mereka secara bersamaan.


“Selesai ini kalian langsung mandi ya, setelah itu kalian berangkat sekolah.” Sambung Andrea, dan kedua putrinya itu langsung makan lebih cepat.


Seusai sarapan, kedua putrinya bergegas mandi bersama dengan Aurora. Sementara Andrea menghabiskan waktu sejenak untuk menonton berita hari ini yang tayang di televisi.

Kematian James dimuat ke dalam berita itu, pembawa berita mengatakan apabila ini adalah kasus pembunuhan yang sangat sering terjadi di kota Delitto.


Kemudian, pembawa berita itu memanggil salah seorang untuk masuk dan masuklah seorang wartawan pria muda yang duduk di samping pembawa berita. Wartawan muda itu terlihat gugup tetapi berusaha untuk terlihat berani dan tegar, Andrea menyaksikan acara itu dengan lebih seksama.


“Hari ini, kita kedatangan wartawan berani dari kota New York.” Ucap pembawa berita itu memperkenalkan wartawan di sampingnya.


“Selamat pagi Dave, bisakah kau menjelaskan kehadiranmu di sini?” tanya pembawa berita itu, wartawan muda bernama itu Dave itu menatap ke arah kamera dan berbicara dengan lantang.


“Hari ini, aku memutuskan untuk masuk ke dalam kota Delitto dan akan membantu kepolisian dan kota itu untuk menguak kejahatan di dalamnya.” Jawab Dave, Andrea tersenyum lebar mendengarnya berbicara seperti itu.


“Seperti yang kita tahu, kota Delitto adalah kota dengan tingkat kriminal paling tinggi di negara ini. Pihak kepolisian sudah melakukan semua yang mereka bisa lakukan untuk menghancurkan kejahatan di kota itu, tetapi hasilnya tetaplah nihil.” Lanjut Dave.


“Aku bermaksud untuk masuk ke dalam kota itu, dan menguak apa saja yang mereka lakukan di kota itu. Alasan aku untuk memilih memaparkan wajah dan identitasku di televisi adalah sebagai pesan untuk kalian yang sedang menonton ini.”


“Apabila aku tidak kembali, atau kalian tidak mendengar apa-apa lagi soalku. Maka itu berarti aku telah mati, tentang siapa atau kapan aku akan mati itu urusan belakangan. Yang paling penting adalah, apabila aku tewas ketika aku melakukan ini, satu hal yang pasti adalah aku akan mati di kota itu, oleh orang yang berasal dari kota itu juga.”


“Kau berani sekali Dave untuk melakukan itu, apa yang membuatmu berani seperti ini?” tanya pembawa berita itu, dan Dave menarik nafasnya perlahan.


“Aku mempunyai ayah angkat bernama Ian Valerie. Meskipun aku sudah tidak berhubungan lagi dengan dirinya semenjak 10 tahun yang lalu, aku baru mendapatkan kabar tentang dirinya.” Jawab Dave, dan matanya berkaca-kaca.


“Kemarin, ia tewas dibunuh oleh salah seorang kriminal di kota Delitto.” Andrea melihat ekspresi pembawa berita yang terlihat terkejut dan sedih ketika mendengar kabar itu.


“Aku tidak akan membunuh orang yang membunuh ayah angkatku itu, tetapi aku akan memberitahukan kepada publik siapa orang di balik kejahatan-kejahatan di kota itu. Aku adalah wartawan, suaraku adalah suara publik, dan suara publik adalah suara negara ini.” Andrea berani bertaruh banyak hal apabila Gilardo sedang menyaksikan ini dan dia sangat amat marah mendengarnya.


“Namaku adalah Dave Valerie, jika ini adalah hari terakhirku muncul di televisi maka ingatlah satu hal. Perjuanganku untuk menghentikkan kejahatan di kota itu tidak akan berhenti, akan selalu ada penggantiku yang akan jauh lebih baik lagi. Kejahatan di negara ini harus dihapuskan!” katanya dengan lantang, dan kemudian telepon rumah Andrea berbunyi dengan keras.


“Dia sudah memesan satu kamar hotel di Carmella, dan dia akan tiba sore ini.” Kata Gilardo dari balik telepon.


“Kau dan Robert akan mengunjunginya dan membawanya ke tempatku, jangan sakiti atau bunuh dia. Aku hanya ingin berbicara sebentar dengan dirinya.” Lanjut Gilardo.


“Gilardo, tentunya kau tidak lupa, kan?” tanya Andrea, dan Gilardo hening sejenak.


“Di hotel Carmella juga ada Peter, kawanku yang sekarang adalah musuh utama kita semua. Bagaimana jika aku dan dia bertemu?” tanya Andrea lagi.


“Kau tenang saja, Ziotto kemarin mengabariku apabila Peter dan para petinggi polisi lainnya di negara ini sedang berunding rapat di Ibu kota. Aku belum tahu pasti apa isi rapat yang sedang mereka bicarakan, tetapi hari ini tidak ada satupun yang akan menghalangimu.” Jawab Gilardo, dan Andrea merasa lega.


“Wartawan ini benar, dia adalah suara rakyat dan juga negara ini. Kita menghadapi musuh yang harus kita kalahkan, tetapi disaat yang bersamaan juga kita tidak boleh mengalahkannya.” Kata Gilardo, ia terdengar sedikit aneh dari biasanya. Mungkin ini adalah pertama kalinya Gilardo merasa terancam seperti ini.


“Tetapi kau pasti akan menemukan jalanmu, seperti biasanya.” Sahut Andrea, dan ia bisa mendengar tawa pelan Gilardo.


“Kau akan berangkat nanti malam bersama Robert. Antarkan Dave dari kamar hotelnya dan bawa dia ketempatku.” Kata Gilardo, dan sambungan telepon terputus. Aurora dan dua putri mereka sudah selesai mandi.


“Semuanya baik-baik saja sayang?” tanya Aurora ketika melihat ekspresi wajah Andrea yang sepertinya terlihat sedikit aneh. Tetapi Andrea tersenyum padanya dan menganggukan kepalanya.


“Yeah, semuanya baik-baik saja.” Jawab Andrea, dan Ia kemudian pergi mandi. Setelah usai mandi dan memakai pakaian terbaiknya, ia langsung keluar rumah dimana istri dan kedua anaknya sudah menantinya di dalam mobil. Tak lupa, Ia mengunci pintu rumah dan kemudian masuk ke dalam mobil miliknya itu. Ketika sudah masuk ke dalam, Aurora langsung memberikan kunci mobilnya dan tanpa lama-lama lagi, Andrea menyalakan mesin mobilnya dan memacunya menuju sekolah putrinya.


Sesampainya disana, udara dingin langsung memeluk tubuh mereka semua. Andrea dengan cepat merangkul tangan Natalia sedangkan istrinya menuntun tangan Patricia, dengan cepat mereka semua berjalan masuk ke dalam sekolah yang sudah ramai itu.


Setelah mereka semua sampai di kelas putrinya, Andrea memeluk dan mencium kedua putrinya itu dengan hangat. Aurora pun juga melakukan hal yang sama, dan setelah itu baru kedua putrinya itu masuk ke dalam kelas dengan riang.


“Ayo kita sarapan.” Kata Andrea sembari menggenggam tangan istrinya dan kembali berjalan menuju mobil.


“Kita akan sarapan dimana?” tanya istrinya.


“Oro Soldi, restoran termewah di kota ini.” Jawab Andrea, dan istrinya tersenyum kepadanya.


“Itu juga adalah restoran pertama yang kita kunjungi ketika kau mendapat bayaran pertamamu kan?” tanya Aurora lagi, dan kini gantian Andrea yang tersenyum padanya.


Sesampainya di depan mobil, Andrea membukakan pintu mobil agar istrinya bisa masuk terlebih dahulu. Setelah itu, ia masuk ke dalam mobil dan mulai mengandarainya dengan kecepatan yang sedang.


Sepanjang perjalanan, Andrea berbicara dengan istrinya dengan hangat. Ia merasa seperti 8 tahun yang lalu dimana mereka berdua masih muda dan baru pertama kali merasakan cinta.


Tak lama kemudian, Andrea sudah sampai di depan restoran Oro Soldi. Bangunan restoran itu terlihat sangat megah dan mewah, tetapi Andrea bingung karena restoran itu terlihat sangat sepi akan pengunjung. Andrea hanya memesan satu meja untuk dirinya dan istrinya, Ia tidak memesan seluruh restoran itu hanya untuk dirinya selama seharian penuh. Andrea pun bergegas keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam restoran itu, ia langsung disambut oleh pelayan yang meminta maaf kepadanya.


“Maafkan kami tuan.” Kata pelayan itu sembari membungkukkan badannya.


“Koki utama kami hari ini tidak bisa bekerja, ia baru saja mendapat kabar apabila ibundanya telah meninggal.” Lanjutnya, Andrea tidak bisa menyalahkan mereka.


“Maka dari itu, kami akan menutup restoran ini untuk beberapa hari. Karena motto kami adalah kami akan melayani yang terbaik, tanpa koki utama kami, kami tidak bisa memberikan yang terbaik pada anda.” Lanjutnya, Andrea menghembuskan nafasnya. Bingung harus melakukan apa lagi.


“Kau tahu restoran mewah di dekat sini?” tanya Andrea dan pelayan itu berpikir sebentar.


“Aku rasa kau bisa mencoba restoran Martin, mereka terkenal karena sajian makanan laut mereka yang terkenal lezat.” Jawab pelayan itu, Andrea pun menganggukan kepalanya dan bergegas pergi menuju mobilnya.


“Maafkan aku sayang, tapi restoran itu tutup untuk hari ini. Kita akan menuju restoran baru.” Kata Andrea sembari menyalakan mesin mobil dan menjalankannya.


“Kau tahu dimana restoran Martin?” tanya Andrea.


“Kita akan makan disana?” tanya balik Aurora, Andrea terlihat bingung.


“Yeah, pelayan itu bilang apabila itu adalah restoran yang bagus.” Jawab Andrea, tetapi Aurora menggelengkan kepalanya tidak setuju.


“Aku pernah bekerja disitu sebelum bertemu dengan kau, jadi aku tahu betul bagaimana mereka bekerja di balik ruangan.”


“Mereka kotor sekali, dan aku yakin apabila mereka juga masih menyajikan makanan dengan kotor dan menjijikan sampai saat ini.” Andrea menghembuskan nafasnya, ia semakin tidak tahu harus berbuat apa lagi.


“Aku kira hari ini akan menjadi hari yang spesial buat kita.” Kata Andrea, dan istrinya tertawa pelan.


“Aku tidak masalah kita ingin makan dimana, asalkan denganmu semua tempat rasanya sama saja.” Sahut Aurora, dan Andrea tertawa mendengarnya.


“Baiklah, kita akan makan disitu saja.” Kata Andrea sembari menunjuk semacam restoran kecil, ia kemudian memarkirkan mobilnya dan kemudian menggandeng tangan istrinya lalu masuk ke dalam restoran kecil itu.


Sesampainya di dalam, Andrea terkesima dengan betapa nyaman dan bagusnya tempat ini. Jauh dari kata mewah memang, tetapi restoran ini mempunyai kesan tersendiri yang pastinya akan membekas di ingatan tiap pengunjung yang datang.


“Aku ingin menu sarapan terbaik kalian untuk dua orang.” Pinta Andrea kepada pelayan disitu yang langsung bergegas masuk ke dalam dapur, Andrea dan Aurora duduk di salah satu meja disitu sembari menunggu datangnya makanan mereka.


Tak butuh waktu yang lama, mereka berdua sudah disajikan makanan ayam goreng, telur goreng dan juga stik daging sapi yang terlihat sangat lezat. Mereka juga diberikan dua gelas kopi hitam panas yang mereka minum terlebih dahulu.


Dalam diam, mereka berdua menghabiskan sarapan mereka dengan lahap. Makanan ini sangatlah lezat dan jauh lebih enak daripada makanan di restoran mahal yang pernah Andrea dan Aurora kunjungi, selesai makan mereka berdua berbicara satu sama lain sampai akhirnya dua orang masuk ke dalam restoran itu dan menarik perhatian Andrea.


Sergio Volante, consigliere dari Mafia Arnaldo masuk ke dalam restoran itu dituntun oleh seorang pria yang Andrea tak kenal di belakangnya. Pria tak dikenal itu mendorong kursi roda Sergio secara perlahan sampai akhirnya Sergio berada di depan sang pelayan.


“Apa kabarmu Stuart?” tanya Sergio, pelayan itu menganggukan kepalanya sekali dan langsung bergegas ke ruangan di belakangnya.


Tak berapa lama kemudian, Stuart si pelayan keluar dari ruangan dan memberikan Sergio segenggam uang yang langsung dihitung oleh Sergio dengan teliti. Tak berapa lama kemudian, Sergio hendak pergi dari restoran itu tetapi kemudian matanya melihat keberadaan Andrea dan istrinya.


“Ah, Andrea. Senang bisa bertemu denganmu lagi.” Sapanya dengan ramah, Andrea dan istrinya tersenyum ramah kepadanya. Sergio menyuruh orang di belakangnya untuk mendorong mendekat ke arah Andrea.


Bersambung ...


0 views0 comments

Related Posts

See All

Comments


bottom of page