top of page

Bab 13 - AFaAK

“Semuanya baik-baik saja? Makanannya enak, kan?” tanya Sergio ketika Ia sudah sampai di depan mereka berdua, mereka pun segera menjawabnya dengan anggukan kepala.


“Ini bisnismu?” tanya Andrea.


“Yeah, aku kesini untuk meminta uang perlindungan, hal biasa. Aku dengar ada seorang wartawan yang ingin bermain di kota ini?” tanya Sergio melemparkan senyuman lebar kepada Andrea.


“Dia tak akan jadi masalah, tenang saja.” Jawab Andrea dan Sergio setuju padanya.


“Aku akan lepaskan semua urusan yang datang dari luar kota ini kepada Gilardo, bagaimanapun juga dia adalah yang terbaik di kota ini.” Kata Sergio, orang di belakangnya tersenyum tipis dan Andrea menatapnya dengan tatapan tak suka. Sergio memahami

tatapan Andrea dan segera memperkenalkan orang di belakangnya.


“Namanya adalah Capitano Tierro, dia anak buah dari Arnaldo dan hari ini adalah hari pertamanya bekerja.” Sambung Sergio dan Andrea menatap ke arah orang itu lama, sebelum bertanya.


“Kau orang Italia?” tanya Andre dalam bahasa Italia yang fasih dan jelas, Sergio terlihat tidak mengerti dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Andrea, tetapi Tierro mengerti dan menganggukan kepalanya.


“Selamat Sergio, kau baru saja mendapatkan anak buah yang hebat.” Kata Andrea sembari tersenyum ke arah Sergio, meskipun terlihat tidak mengerti tetapi Sergio melemparkan senyum juga kepada Andrea. Tak lama kemudian, Sergio memutuskan untuk pergi dari situ. Tierro menjabat tangan Andrea sebelum pergi.


“Dia orang yang ada di pesta itu kan?” tanya Aurora, Ia memang tidak pintar mengingat nama atau wajah orang yang baru ia temui.


“Yeah, dan dia membawa anak buah baru. Tampaknya kita saat ini sedang duduk di teritori musuh.” Jawab Andrea, Aurora terlihat khawatir tetapi Andrea tertawa pelan melihat ekspresinya.


“Tenang saja, bersamaku kau akan aman.” Sambung Andrea, ekspresi Aurora langsung berubah ketika mendengarnya.


“Kau bisa bahasa Italia?” tanya Aurora, Andrea tidak pernah berbicara atau memberitahu

Aurora apabila ia lancar berbahasa Italia sebelumnya.


“Tentu saja, aku selalu punya kejutan baru untukmu bukan?” jawab Andrea dan mereka berdua tertawa pelan.


“Bagaimanapun juga, kedua orang tuaku adalah orang Italia asli jadi aku tentunya dibesarkan dengan cara orang Italia.” Kata Andrea, istrinya mendengarnya dengan seksama.


“Aku lancar berbahasa Italia dan Inggris, aku juga bisa berbicara dalam bahasa Perancis dan juga Jerman. Kalau dipikir-pikir, aku mungkin bisa menjadi agen rahasia terbaik milik negara ini jika aku mau.” Lanjutnya dan mereka berdua tertawa lagi.


“Jadi, kita masih tetap pada rencanamu?” tanya Aurora mengganti topik, Andrea dan istrinya itu selalu menabung uang hasil bekerja dengan Gilardo agar suatu hari nanti mereka bisa pergi dari kota ini dan menikmati kehidupan mereka yang lebih tenang dan tanpa beban. Andrea tersenyum sendiri ketika membayangkan hal tersebut.


“Tentu saja, aku tidak mungkin bekerja seperti ini terus. Kedua anak kita juga layak mendapatkan tempat yang jauh lebih baik daripada di sini.” Jawab Andrea setelah menghabiskan kopinya.


“Kau sudah memberitahu Gilardo dan yang lainnya tentang ini?” tanya Aurora dan Andrea menggelengkan kepalanya, ia selalu tidak mempunyai keberanian dan kesempatan untuk berbicara dengan mereka semua tentang rencananya ini.


“Tapi aku akan memberitahu mereka, tidak mungkin aku bisa keluar begitu saja dari keluarga Tappeli.” Jawab Andrea, ia teringat awal-awal masuk sebagai anggota Mafia Tappeli. Ia tidak pernah menganggap siapapun di dalam Mafia itu sebagai keluarga, Ia hanya menganggap mereka sebagai teman kerja saja. Tetapi belakangan ini, Gilardo berhasil mengubah Andrea dan tentunya berhasil mengubah Mafia Tappeli menjadi keluarga baru yang menghangatkan Andrea.


“Aku yakin Gilardo dan yang lainnya akan paham dengan alasanku untuk pergi meninggalkan mereka, aku selalu menjalankan tugasku sebaik yang aku bisa selama bersama mereka.” Lanjut Andrea, pelayan restoran datang dan meminta piring kotor bekas sarapan mereka tadi.


“Tetapi aku tidak akan pergi dalam waktu dekat ini,” kata Andrea dan istrinya terlihat sedikit terkejut dan bingung mendengarnya.


“Kau tentunya tahu tentang sahabat lamaku Peter kan?” tanya Andrea dan Aurora langsung menganggukan kepalanya.


“Sekarang dia adalah penegak keadilan di kota ini, dia berjanji untuk menghapuskan kejahatan di kota ini dengan kedua tangannya.”


“Satu hal yang tentunya tidak akan terjadi selama masih ada aku di sini.” Aurora memegang tangan suaminya itu dengan lembut.


“Gilardo menyuruhku untuk bertahan terlebih dahulu, memintaku untuk tidak langsung membunuhnya begitu saja. Bagaimanapun juga, dia adalah petinggi FBI dan tentunya punya kuasa dan hukum yang jauh di atas kita.”


“Tetapi Gilardo berjanji apabila dia akan mengurus semuanya, dan ketika saatnya sudah datang ia akan menyuruhku untuk membunuhnya.”


“Setelah aku membunuhnya barulah kita bisa pergi dari sini dan aku tidak meninggalkan hutang apapun pada mereka, bagaimanapun juga merekalah yang mengubah hidup kita sampai seperti ini.” Aurora tersenyum penuh pengertian ketika Andrea selesai berbicara, Ia bersyukur dan beruntung sekali mempunyai wanita seperti istrinya itu yang selalu berada di sampingnya apapun kondisinya.


Waktu terasa cepat berjalan ketika mereka sedang berdua, tanpa disadari matahari sudah berada di atas kepala mereka dan mereka pun memutuskan untuk pergi dari restoran itu dan kembali ke sekolah untuk menjemput kedua putri mereka.


Sesampainya di sekolah, kedua putri mereka memeluk mereka dengan erat dan hangat dan tak perlu berlama-lama Andrea pun mengajak mereka untuk langsung kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan suara Patricia mengisi seisi mobil dengan cerita tentang pelajaran menggambar yang ia lakukan hari ini, Natalia juga terdengar semangat menceritakan ceritanya dan baik Andrea maupun istrinya tak berhenti tersenyum.


Setelah sampai di rumah, Andrea menghabisi siang itu dengan keluarga kecilnya menyaksikan film yang ditayangkan di televisi milik mereka. Tak berapa lama setelah film usai, hari sudah mulai gelap dan Andrea harus bergegas mempersiapkan diri untuk menjalankan tugasnya malam ini. Ia berjalan menuju kamarnya dan mengganti jas berwarna abu-abu miliknya dengan jas anti peluru dan mengambil topi fedora hitam miliknya dan mengenakannya di kepala.


Kemudian, Andrea mengeluarkan Revolver miliknya dan mengecek apabila senapan itu masih dalam kondisi yang bagus setelah dibersihkan kemarin. Ketika mengetahui apabila semuanya sudah seperti apa yang Ia rencanakan, Ia kembali ke ruang makan dan memeluk serta mencium hangat semua orang disitu lalu pergi meninggalkan mereka.


“Ayo kita keatas, Gilardo sudah menanti kita.” Sambut Robert ketika Andrea sudah sampai di depan gedung Tappeli, mereka berdua kemudian bergegas menuju ruangan Gilardo.


“Semuanya sudah siap?” tanya Gilardo menyambut kehadiran mereka berdua, Andrea dan Robert segera menganggukan kepala mereka.


“Dia memesan kamar hotel nomor 237, lantai ke empat di gedung itu dan menurut resepsionis hotel Carmella. Dave baru saja tiba di hotel itu beberapa jam yang lalu, dan ia belum memutuskan untuk keluar dari hotel itu sampai saat ini.” Lanjut Gilardo.


“Ingat tugas kalian, jangan sakiti atau bunuh dia. Cukup bawa dia kesini karena aku hanya ingin berbicara dengannya.” Sambungnya dan kemudian menyuruh mereka berdua untuk segera pergi.


Robert menyetir mobil milik Andrea malam itu, ia memacu mobil Andrea dengan cepat dan membuat Andrea sedikit pusing. Dari kejauhan, Andrea bisa melihat gemerlap lampu-lampu gedung Hotel Carmella yang memanjakan mata siapapun yang melihatnya.


Dalam perjalanan, mereka berdua menyaksikan salah satu toko di pinggir jalan yang sedang dirampas oleh orang tetapi karena mereka tidak tahu apa-apa tentang urusan itu, mereka memutuskan untuk tetap melaju dan meninggalkan toko itu sendirian.


Lalu akhirnya, mereka berdua sampai di depan Hotel Carmella. Robert memarkirkan mobil Andrea di area khusus parkir hotel itu yang terletak tidak jauh dari pintu masuk hotel. Setelah diparkir, Andrea dan Robert langsung keluar dari mobil dan berjalan menuju ke dalam hotel.


Mereka berdua tak henti-hentinya kagum dan takjub dengan betapa megahnya hotel itu, begitu pula puluhan orang di sekitar mereka yang tampaknya juga baru pertama kali mengunjungi hotel itu. Tetapi Andrea mengingatkan Robert untuk tetap fokus ke tugas mereka dan mereka berdua pun segera masuk ke dalam hotel dimana mereka sudah disambut oleh resepsionis hotel yang langsung memberikan mereka kunci kamar Dave.


“Dia belum keluar sedari tadi?” tanya Robert, sedikit berbisik meskipun tidak ada siapapun di sekitarnya. Resepsionis itu menggelengkan kepalanya dan kemudian mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka menuju kamar Dave.


Ketika mereka berdua sudah sampai di depan kamar nomor 237, Andrea menyuruh Robert untuk diam dan berhenti sejenak. Kemudian, Andrea menempelkan telinganya ke pintu kamar itu dan ia hanya bisa mendengar lantunan suara dari televisi di balik kamar. Setelah melihat ke sekitar dan dirasa sudah aman, Robert memasukan kunci kamar dan membukanya dengan cepat.


“Selamat malam Dave.” Sapa Andrea sembari masuk ke dalam kamar, ia belum mengeluarkan Revolver miliknya tetapi Ia juga merasa itu tidak perlu. Karena Dave sedang makan di depan televisi, kehadiran Andrea dan Robert tentunya membuat dirinya terkejut dan takut.


“Ap-apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Dave, suaranya benar-benar terdengar sangat ketakutan. Tetapi Andrea berjalan semakin mendekat ke arahnya sementara Robert menutup rapat pintu kamar itu, meredam suara mereka seketika.


“Aku ingin kau untuk mengikuti perintahku, aku hanya akan membawamu ke suatu tempat dan aku berjanji kau tidak akan disakiti.” Kata Andrea dengan tenang, Andrea sekarang bisa melihat keringat yang mulai mengalir di wajah Dave.


“Kau-kau tahu kan apa yang akan terjadi jika kau membunuhku?! Seluruh orang di negara ini akan mengetahuinya!” bentak Dave tetapi suaranya masih terdengar ketakutan, Andrea hanya membalasnya dengan senyuman.


“Maka dari itu kita tidak akan membunuhmu, sekarang ikuti kami dan aku berjanji kau tidak akan disakiti sedikitpun.” Kata Andrea dan Dave terdiam untuk beberapa lama sebelum akhirnya ia menganggukan kepalanya dan berdiri.


“Pimpin jalannya.” Kata Dave, Robert kemudian membuka pintu kamar dan berjalan terlebih dahulu, Dave mengikutinya sementara Andrea berada di posisi yang paling belakang.


Ketika mereka melewati lorong hotel, Andrea melihat seorang wanita yang tampaknya sedang dilecehkan oleh seorang pria yang mabuk. Pria itu mencium dan memegang tubuh wanita itu dengan paksa, sementara sang wanita menatap ke arah Andrea dan berteriak minta tolong.


Andrea kemudian berjalan ke arah pria itu dan menodongkan Revolver miliknya tepat ke pelipis pria itu yang langsung terkejut dan mengangkat kedua tangannya.


“Pergilah.” Perintah Andrea singkat, dan tanpa sepatah kata lagi pria itu segera pergi dari situ dengan terburu-buru. Wanita itu melihat ke arah Andrea dengan tatapan penuh terima kasih.


“Kau juga lebih baik pergi dari sini nona.” Tambah Andrea dan Wanita itu mengangguk lalu pergi, Robert dan Dave berhenti dan melihat ke arah Andrea dengan tatapan yang tak bisa Andrea tebak, tetapi kemudian Andrea menyuruh mereka untuk terus berjalan.


Setelah sampai di mobil, Andrea membukakan pintu agar Dave bisa masuk ke dalam dan duduk di samping Robert. Sementara Andrea duduk di belakangnya, berjaga-jaga apabila situasi tiba-tiba berada di luar kendali.


“Kau suka kota ini?” tanya Robert ketika mobil sudah berjalan.


“Aku baru sampai beberapa jam di sini dan kalian tiba-tiba membawa aku pergi.”


“Apakah kau tahu siapa kami?”


“Aku dengar kota ini dikuasai oleh Mafia, dua Mafia yang sama besar dan kuatnya. Jadi aku berani bertaruh apabila kalian adalah salah satu orang Mafia.” Jawab Dave dan Robert tertawa pelan mendengarnya.


“Aku salut dengan keberanianmu untuk datang kesini, tidak banyak orang yang mempunyai nyali sebesarmu.” Kata Andrea dari belakang, Dave menoleh ke arahnya.


“Terima kasih, aku juga melakukan ini untuk mereka di luar sana.” Sahut Dave, dan Andrea tersenyum tipis ke arahnya.


Setelah itu, mereka menghabiskan sisa perjalanan tanpa berbicara sama sekali. Ketika sudah sampai di depan gedung Tappeli, Dave dituntun keluar oleh Andrea sementara anak buah Tappeli lainnya menatap Dave dengan tatapan yang mengerikan.


Tetapi Andrea memberitahu Dave apabila dirinya aman dan menyuruhnya untuk tidak menghiraukan tatapan anak buah Tappeli, tanpa berlama-lama Andrea dan Robert menuntun Dave menuju ruangan Gilardo dimana Gilardo sudah menanti mereka.


“Ah, selamat malam Dave. Selamat datang di kota Delitto.” Sapa Gilardo seorang diri di ruangannya. Andrea menyuruh Dave untuk duduk di depan Gilardo, sementara Robert berdiri di belakang Dave. Gilardo menarik satu kursi kosong dan menyuruh Andrea untuk duduk di belakangnya.


“Pertama-tama, aku ingin mengucapkan turut berduka cita atas kematian ayahmu.” Kata Gilardo dan wajah Dave terlihat tidak tahu harus berbuat apa.


“Siapa kalian?” tanya Dave membuat Gilardo tersenyum ke arahnya.


“Aku adalah Gilardo Tappeli, pemimpin Mafia terbesar di kota ini.” Jawab Gilardo dan wajah Dave terlihat aneh, seakan Ia telah memenangkan sesuatu yang sangat berharga.


“Jadi itu kau, Tappeli yang terkenal itu. Suatu kehormatan bisa bertemu langsung denganmu.” Kata Dave, Gilardo menawarkannya permen jeruk yang ditolak oleh Dave secara halus.


“Aku tahu alasan kau ingin datang ke kota ini, dan aku harus bilang apabila caramu untuk menarik perhatian media sangatlah amat cerdas.” Puji Gilardo dan Dave tidak bisa menyembunyikan senyuman dari wajahnya.


“Tindakanmu adalah tindakan yang sangat luar biasa dan sangat amat terpuji, tapi sayangnya kau tidak akan mendapatkan apa-apa.” Lanjut Gilardo, kemudian ia mengeluarkan segepok uang berjumlah besar dan mendorongnya ke arah Dave.


“Itu adalah uang senilai $5.000, cukup untuk membeli sebuah mobil dan hidup di tempat baru.”


“Aku rasa kau sudah tahu betapa mengerikannya kami, jadi aku tidak perlu repot-repot

menjelaskannya padamu.” Mendengar Gilardo berbicara seperti ini, Dave tersenyum lebar dan mendorong uang itu menjauh.


“Maafkan aku tuan, tapi aku sudah punya uang yang lebih dari cukup untuk kehidupanku nanti.” Kata Dave.


“Lalu apa yang bisa membuatmu pergi dari kota ini selain dengan cara membunuhmu saat ini juga?” tanya Gilardo, nada suaranya datar seakan sedang membicarakan tentang cuaca hari ini.


“Beritahu aku apa saja yang telah kau lakukan selama ini, semua kejahatan yang telah kau lakukan di kota ini, bagaimana pihak kepolisian baru bergerak menghentikanmu setelah selama ini. Beritahu aku itu semua dan aku akan berjanji aku akan pergi meninggalkan kota ini.” Jawab Dave, dan Gilardo tertawa mendengarnya.


“Harus kuakui, kau adalah wartawan yang hebat dan bernyali besar.” Puji Gilardo dan sekali lagi Dave tidak bisa menahan senyumnya.


“Kau yakin tidak ada cara lain agar kau bisa pergi dari kota ini selain itu?” tanya Gilardo sembari membuka bungkus permen jeruk dan memakannya.


“Tidak ada lagi, jika kau ingin aku pergi dari kota ini, maka kau harus memberikanku oleh-oleh untuk kubawa pulang.” Jawab Dave, dan seketika suasana hening tak bersuara. Gilardo menegakkan postur tubuhnya sembari mendekati Dave secara perlahan.


“Kalau begitu, siapkan pena dan kertasmu. Aku akan siap menjawabnya.” Kata Gilardo, dan untuk kesekian kalinya. Senyuman di wajah Dave kembali terukir.


Bersambung ...


1 view0 comments

Related Posts

See All

Comments


bottom of page