top of page

Bab 17 - AFaAK

Sesampainya di gedung Tappeli, Andrea langsung disambut oleh Robert dan anak buah Tappeli lainnya yang sudah menunggu kehadirannya di pintu masuk. Kabar tentang kepergian Andrea tampaknya sudah menyebar keseluruh anggota Tappeli, sehingga secara tak langsung mereka ingin mengucapkan selamat tinggal kepada Andrea.


“Hari terakhirmu di sini?” tanya Robert sembari menjabat tangan Andrea dengan erat.


“Yeah, aku akan pergi setelah bertemu dengan Gilardo.” Jawab Andrea dan anak buah

Tappeli di belakangnya kemudian satu per satu menjabat tangannya. Andrea tidak percaya ini, awalnya Ia hanya menganggap mereka sebagai orang asing yang tak usah Ia pedulikan.


Tetapi setelah melewati pertempuran bersama beberapa orang disitu, Andrea mulai

merasakan mereka sebagai keluarganya.


“Terimakasih kalian semua, sekarang aku akan menuju Gilardo terlebih dahulu.” Kata Andrea lalu kemudian Ia berjalan menuju ruang Gilardo.


“Ah, akhirnya kau datang. Rio sudah memberitahuku semuanya, aku bersyukur kau masih bisa hidup.” Sapa Gilardo sembari menyuruh Andrea untuk duduk di hadapannya.


“Rasanya aneh ketika melihatmu tanpa topi fedora milikmu.” Lanjut Gilardo, Andrea menyisir rambut hitamnya ke belakang dengan jari-jarinya.


“Mayat Peter sudah ditemukan dan kematiannya sudah tersebar keseluruh negara ini, tetapi Ziotto bilang apabila kau masih aman dan tak tersentuh oleh mereka. Lagipula, seluruh polisi di kota ini sudah tewas di tangan kita.” Lanjut Gilardo dan dia tertawa, terlihat senang sekali.


“Aku senang sekali dengan kerja kawanmu Robert, dia mencukur rata seluruh bangunan polisi berserta orang-orang di dalamya sampai habis tak tersisa.”


“Lalu kemudian kau membunuh Ziotto, orang yang sangat berkuasa dan ujung tombak keadilan di kota ini. Aku senang sekali sampai-sampai aku melupakan masalah bisnisku yang dirampas oleh orang.”


“Tapi itu hanya masalah kecil, cepat atau lambat kita akan menemukan mereka.” Kemudian, mereka berdua terdiam cukup lama.


“Kau akan pergi hari ini?” tanya Gilardo.


“Ya, setelah aku bertemu denganmu aku akan pergi mengunjungi keluargaku.” Jawab Andrea dan Gilardo tersenyum sembari membuka bungkus permen jeruk.


“Aku masih tak percaya apabila kau bisa menjadi aset paling berhargaku di sini. Ketika pertama kali Ziotto membawamu dari taman kota ini menuju ke tempatku, dia bilang apabila kau adalah veteran perang dunia kedua dan bisa kuubah menjadi pembunuh yang mematikan.”


“Aku tertawa ketika mendengarnya, aku tak percaya sama sekali apabila kau adalah mantan prajurit. Tubuhmu kurus dan kotor, dan rasanya tak mungkin kau bisa menembak dengan baik.”


“Tetapi kemudian kau menunjukan keahlianmu dengan senapan Henry milikku, dan kau menghapus semua keraguanku. Setelah hari itu, kau benar-benar menjadi aset paling berhargaku.” Gilardo kemudian memakan permen jeruknya.


“Setelah kau bergabung, bisnisku berkembang dengan sangat pesat. Kau menyingkirkan lawan-lawanku dengan mudah, dan membuat banyak orang tidak berani bermacam-macam dengan kita.”


“Kau mencetak nama baikmu di kota ini, dari seorang pemabuk yang tinggal di taman kota setiap harinya menjadi pembunuh bayaran terbaik di kota ini. Kau bisa membunuh siapa saja, dimana saja dan kapan saja.” Andrea tak bisa menahan senyumnya ketika mendapat pujian seperti itu dari Gilardo secara langsung.


“Kau bisa tanyakan ini pada Ziotto, tapi aku sempat ingin merubah nama kita menjadi Mafia Ventura, mengikuti namamu. Agar tak ada satupun manusia yang berani bermacam-macam dengan kita, tetapi kemudian Ziotto menolak usulan itu dan tetap menggunakan namaku.”


“Aku juga tidak setuju dengan itu, kaulah yang membangun kita. Kau juga yang memajukan kita dan juga menyatukan kita, di bawah namamu lah kita menjadi kuat.” Balas Andrea dan Gilardo tersenyum.


“Tak terasa, sudah lima tahun kau bekerja denganku. Sampai akhirnya, sekarang adalah waktumu untuk berpisah.”


“Aku tidak akan menghalangimu, atau siapapun yang ingin meninggalkanku dengan baik-baik. Karena aku juga tidak ingin menghabiskan masa tuaku di kota ini, aku juga memikirkan untuk pindah ke tempat yang lebih baik dan lebih sunyi dari sini.”


“Ziotto bisa mengambil alih posisiku setelah aku pergi, tapi ternyata aku masih punya beberapa urusan yang harus aku selesaikan terlebih dahulu.” Kemudian Gilardo mengambil koper dari laci mejanya dan menyerahkannya ke Andrea.


“Di dalamnya terdapat $20.000, cukup untuk membeli sebuah rumah mewah di tempat tinggal barumu. Kau layak mendapatkannya, anggap itu sebagai hadiah dariku.” Andrea pun mengambil koper itu.


“Aku ingin mengucapkan terima kasih seban-“ Ucapan Gilardo terputus ketika suara letusan melesat dari sampingnya dan sedetik kemudian Gilardo terjatuh ke lantai. Andrea tiba-tiba saja merasa panik dan kemudian menoleh ke arah sumber suara, dimana terdapat pecahan lubang kecil di kaca jendela di samping Gilardo berada tadi. Di saat itulah Andrea melihat moncong senapan seseorang yang sedang duduk tak jauh dari jendela yang mengarah ke arahnya, bersiap untuk membunuhnya.


Tetapi insting dan refleknya menyelamatkannya kali ini, Andrea tiarap tepat sebelum senapan itu menembakkan peluru yang hampir mengenainya. Kemudian dengan perlahan dan hati-hati, Andrea berjalan menuju jendela dan melihat ke arah penembak. Bahkan dari kejauhan sekalipun, Andrea tidak mungkin salah melihatnya. Dari gedung di depan markas Tappeli berada, Sergio Volante sedang terduduk di kursi roda miliknya dengan Capitano yang berdiri di belakangnya. Dengan Sniper Rifle di pangkuan, Sergio menatap ke arah Andrea dan tersenyum penuh kelicikan. Setelah menatap Andrea selama beberapa saat, Sergio kemudian menyuruh Capitano untuk membawanya pergi.


Setelah mereka berdua menghilang dari pandangan Andrea, kekacauan belum berhenti. Dari luar gedung, Andrea bisa melihat sekumpulan orang Arnaldo yang berjalan ke arah gedung Tappeli dan mulai menembakkan tembakan liar menuju orang-orang Tappeli di luar. Dalam sekejap, area luar gedung menjadi tempat pertempuran mereka berdua.


Andrea kemudian bergegas menuju Gilardo, dan ketika ia melihat kepala Gilardo yang sudah bolong dan mengucurkan banyak darah Ia tahu apabila ia tak bisa melakukan apa-apa lagi. Gilardo sudah tewas terbunuh oleh Sergio, dan Andrea merasa marah akan hal ini.


Geram, Andrea mengambil senapan Enfield miliknya dan kemudian keluar dari ruangan Gilardo. Tetapi belum sempat Ia keluar dari ruangan, Robert masuk ke dalam ruangan dengan lengan kanan yang berdarah dan terlihat sedikit panik.


“Richard dan para pasukannya datang begitu saja dan membunuh banyak sekali dari kita, tampaknya Arnaldo sudah melakukan perlawanan kepada kita.” Katanya sembari menutup pintu dengan keras.


Tetapi kemudian, terdengar suara letusan senapan yang semakin menjadi-jadi dari luar ruangan. Tak berapa lama kemudian, suasana menjadi hening dan mulai terdengar teriakan dari orang-orang Tappeli. Saat itulah mereka berdua sadar apabila pasukan Tappeli sudah membersihkan orang-orang Arnaldo di depan ruangan.


Andrea kemudian membuka pintu dan keluar dari ruangan itu, dimana terdapat banyak sekali orang-orang Tappeli dengan senapan Thompson di tangan mereka. Kemudian dari kejauhan, Richard menunjukan dirinya dan mulai menembak orang-orang Tappeli itu dengan akurasi yang sangat akurat dan membunuh banyak sekali dari mereka seorang diri.


Andrea kemudian bergegas sembunyi di balik dinding dan menunggu suasana sedikit reda, ketika suara senapan Richard sudah berhenti barulah Andrea keluar dari persembunyian dan menancapkan peluru yang mengenai dada Richard. Tetapi Richard belum mati, ia masih bisa melemparkan dirinya ke samping untuk berlindung dari serangan Andrea selanjutnya.


Kemudian Andrea bisa mendengar langkah kaki Richard yang semakin menjauh menandakan apabila Richard melarikan diri, Robert yang melihat hal itu tentu saja tidak membiarkannya begitu saja. Ia lari mengejar Richard dan bersiap untuk membunuhnya.

Andrea tidak mengikutinya, melainkan ia memutar tubuhnya dan berjalan turun ke lantai bawah. Sepanjang perjalanan turun, ia bertemu dengan banyak sekali musuh tetapi dengan mudah ia membunuh mereka dengan senapan miliknya.


Butuh waktu yang lumayan lama bagi Andrea dan anak buah Tappeli lainnya untuk membunuh semua pasukan Arnaldo yang menyerang mereka, Andrea bahkan harus beberapa kali mengambil senapan Thompson milik lawan yang sudah tewas dan menggunakannya karena keterbatasan peluru.


Ketika sampai di pintu masuk gedung Tappeli, Andrea melihat segerombolan pasukan Arnaldo yang sedang berjalan ke arahnya. Tanpa basa-basi, Andrea menembakkan senapan Thompson miliknya ke arah mereka dan membunuh siapa saja yang terkena peluru. Ketika ia melepas jarinya dari pelatuk senapan, hanya tersisa sedikit manusia yang berdiri di depannya.


Tanpa jeda, Andrea menarik senapan Enfield dari punggungnya dan mulai menghabiskan musuh yang tersisa dengan waktu yang singkat. Kini, di depan gedung Tappeli adalah kuburan massal bagi orang-orang Arnaldo.


Ia berani jamin apabila Lira mengerahkan lebih dari 100 anak buahnya untuk menyerang markas Tappeli, tetapi sayangnya hal tersebut menjadi sia-sia karena banyak sekali dari mereka tewas di tangan Andrea maupun anak buah Tappeli lainnya.


Tampaknya, seluruh anak buah Lira telah usai dan tak ada serangan lagi. Andrea

menghembuskan nafas panjang dan ia merasa lebih tenang dari sebelumnya, beberapa anak buah Tappeli yang masih hidup berdiri di belakangnya.


Dari kejauhan, Andrea bisa melihat sosok Lira Arnaldo yang berjalan ke arahnya dengan kedua tangan yang terangkat ke atas. Tidak ada satupun anak buahnya di sekitar yang menandakan apabila dia sudah benar-benar menyerah dan sendirian.


“JANGAN MENEMBAK! AKU TIDAK BERBAHAYA DAN TIDAK MEMBAWA SENAPAN!” teriak Lira keras sembari mendekat.


“AKU BISA MEN-“ tapi ucapannya terhenti ketika Andrea tanpa basa-basi menancapkan satu buah peluru di dahinya, membunuhnya saat itu juga. Anak buah Tappeli kemudian menembakkan senapan mereka dan menghujani mayat Lira dengan ratusan peluru.


“Gilardo telah tewas, Mafia Tappeli mungkin telah usai.” Kata Andrea begitu tembakan telah berhenti, anak buah Tappeli di sekitarnya menengok ke arahnya dengan tatapan tak percaya.


“Orang bernama Sergio Volante, consigliere dari Mafia Arnaldo-lah yang membunuh Gilardo.” Lanjut Andrea, dan banyak dari anak buah Tappeli yang saling melihat satu dengan yang lain.


“Sebelum Mafia Tappeli usai untuk selamanya, ayo kita hancurkan Arnaldo terlebih dahulu. Lebih-lebih, ayo kita balaskan kematian Gilardo dan berikan hadiah perpisahan kita padanya.” Lanjutnya lagi, Andrea bisa merasakan amarah dan emosinya yang meluap-luap.


Saat itu dari samping gedung Tappeli, Richard berjalan terpontang-panting dengan kaki dan tangan yang terkena tembakan, sekujur tubuhnya diselimuti oleh darah merah segar. Robert dengan tatapan membunuhnya berjalan di belakangnya dengan senapan yang siap untuk ditembakkan.


“Ampuni aku!” teriak Richard dengan putus asa, ia berjalan ke arah Andrea yang langsung disambut oleh todongan senjata oleh anak buah Tappeli di belakang Andrea.


“Aku akan lakukan apapun! Jangan bunuh aku!” teriaknya lagi, terdengar lebih putus asa dari sebelumnya. Ketika jarak semakin mendekat, Andrea bisa melihat air mata yang mengalir di wajah Richard.


“AMPUNI AKU!” teriak Richard, tetapi kemudian Robert menembakan peluru ke belakang kepalanya dan membunuhnya saat itu juga.


“Kau telah kuampuni kawan, selamat menikmati neraka.” Ucap Robert sembari memasukan senapannya ke balik saku jas miliknya dan kemudian berjalan ke arah Andrea.


“Richard sudah kubunuh, Arnaldo tidak punya siapa-siapa lagi.” Kata Robert tetapi Andrea menggelengkan kepalanya.


“Mereka masih punya Sergio dan anak buah barunya.” Balas Andrea tetapi Robert tertawa mendengarnya.


“Apa yang bisa Sergio lakukan? Dia bahkan tidak bisa berjalan dengan kedua kakinya.” Kata Robert di sela-sela tawanya.


“Jangan meremehkan, Sergio lah yang membunuh Gilardo dengan sniper miliknya. Dia penembak jitu yang ulung, aku bisa mengenali mereka dengan mudah.” Balas Andrea, dan Robert terdiam. Dari kejauhan, Luca datang ke arah mereka dengan ekspresi yang terlihat sangat terkejut dan ketakutan.


“Aku baru saja bertemu dengan Timo tadi, tak jauh dari sini. Tetapi kepalanya tertembak, aku tidak tahu siapa yang menembaknya.” Ucapnya begitu mendekat, semua orang disitu termaksud Andrea terkejut.


“Bukan hanya Timo, dokter Rio dan anaknya juga dibunuh. Beberapa saat setelah kau pergi dari rumahnya Andrea.” Lanjut Luca, dan Andrea terjatuh di tanah.


“Sialan, mereka benar-benar menghancurkan kita!” kata salah seorang anak buah Tappeli, beberapa orang di sekitarnya langsung berbicara satu sama lain. Dalam keramaian, Robert mendekat ke arah Andrea yang masih berlutut di tanah.


“Ayo kita balaskan mereka, mereka mencari kematian pada orang yang tepat.” Ucap Robert sembari mengangkat tubuh Andrea dengan mudah.


“Timo, Rio dan Mark seharusnya tidak layak untuk mereka bunuh.” Kata Andrea pelan sekali, sudah lama sekali Ia tidak merasa semarah ini.


“Jika mereka ingin mencari kematian, maka aku akan memberikan mereka kematian yang menyakitkan.” Lanjut Andrea, dan Ia bisa merasakan amarahnya keluar dari tubuhnya sampai-sampai Robert mundur sedikit.


Suara gaduh di belakangnya terhenti ketika beberapa anak buah Tappeli membawa turun mayat Gilardo, Andrea kemudian berjalan ke arahnya dan saat itu semua anak buah Tappeli melihat ke arahnya. Menunggu instruksi selanjutnya dari Andrea.


“Kita akan kubur Gilardo dan kawan-kawan kita lainnya yang gugur hari ini, setelah itu kita semua akan pergi ke markas Arnaldo dan menghancurkan mereka semua.” Kata Andrea dan Andrea bisa merasakan suasana sekitar menjadi lebih panas dari sebelumnya.


Dalam hening, suara telepon di ruangan Gilardo terdengar di telinga mereka. Andrea kemudian menyuruh mereka untuk membersihkan kekacauan ini sementara Ia pergi menuju ruangan Gilardo.


“Andrea masih aman, aku berusaha sekuat tenaga untuk menghapus jejaknya dari mata mereka.” Kata Ziotto, mengira apabila yang mengangkat telepon adalah ayah angkatnya.


“Ziotto, ini aku. Andrea.” Jawab Andrea dan mereka berdua hening untuk sejenak.


“Dimana Gilardo?” tanyanya,


“Gilardo meninggal hari ini, Sergio menembak kepalanya dari jauh. Lira mengerahkan pasukannya dan menyerang markas kita, pertempuran sudah pecah.”


“Kau serius?”


“Aku tidak mungkin berbohong soal ini, Gilardo sudah tewas. Beberapa jam nanti kami akan menguburnya bersama teman-teman kami lainnya.”


“Maafkan aku, aku tidak bisa mengikutinya. Aku masih mempunyai tugas di sini yang harus ku selesaikan.”


“Tak apa, toh kau melakukan tugasmu itu untuk kita semua di sini. Tetapi jika kau punya waktu untuk kedepannya, kunjungilah kami.”


“Gilardo telah tiada …” kata Ziotto, seakan masih tak percaya dengan berita yang baru Ia dapatkan.


“Jadi, Mafia Tappeli juga telah tiada?” tanya Ziotto.


“Entahlah, kau yang menentukannya. Kau adalah ketua kami sekarang, Gilardo sudah memberitahuku apabila dia ingin kau menjadi penerusnya.” Jawab Andrea.


“Jadi, sekarang aku adalah ketua kalian.”


“Baiklah Andrea, untuk tugas terakhirmu sebelum kau pergi.”


“Kau tahu aku akan pergi?” tanya Andrea memotong ucapan Ziotto, Ziotto tertawa pelan mendengarnya.


“Aku tahu semua hal kawanku.” Jawab Ziotto.


“Jadi, untuk tugas terakhirmu. Aku ingin kau memimpin pasukan kita untuk membantai semua yang tersisa dari Mafia Arnaldo.”


“Malam ini juga, aku ingin mendapat kabar darimu apabila kau sudah menghabisi mereka semua.”


“Jangan sisakan satupun, dengan hilangnya keberadaan mereka di kota kita akan membuat Mafia Tappeli menjadi mafia terbaik di kota ini.” Andrea tertawa pelan mendengarnya.


“Mafia Tappeli sudah menjadi yang terbaik di kota ini sedari dulu, keberadaan mereka tidak mengubah apa-apa soal kita.” Balas Andrea dan Andrea bisa menebak apabila Ziotto sedang tersenyum puas di sana.


“Baiklah, ku tunggu kabar darimu.” Kata Ziotto dan saluran telepon terputus.


Andrea kemudian terdiam sejenak di ruangan Gilardo, ia melihat sekitar ruangan itu dan kemudian tersenyum pahit. Ini adalah terakhir kalinya Ia akan menginjakan kaki di sini, tetapi sayangnya bukan karena Ia harus pergi dari kota ini.


Kemudian, Andrea melihat ke arah kursi dimana Gilardo biasanya duduk. Sesaat, ia bisa membayangkan sosok Gilardo yang tersenyum ke arahnya. Koper berisikan uang sejumlah $20.000 masih tergeletak di meja, tetapi Andrea tidak ada niatan untuk mengambilnya lagi.


Lalu, mata Andrea tertuju pada satu benda di ruangan itu. Senapan yang ia gunakan untuk membuat kedua mata tua Gilardo terkesan atas kemampuan menembaknya, senapan Henry berwarna emas itu masih terpajang gagah di dinding. Sekilas, terbesit di pikiran Andrea untuk mengambil senapan itu dan menggunakannya untuk pertempuran terakhirnya ini.


Tetapi Ia merasa apabila itu adalah hal yang tidak benar, Ia tidak akan mengubah apapun yang berada di ruangan ini. Semua hal yang berada di ruangan ini, akan tetap berada di ruangan ini. Andrea kemudian mengelus senapan Enfield miliknya dan kemudian berjalan keluar ruangan Gilardo, menutup pintu ruangan itu untuk terakhir kalinya.


Andrea kemudian turun ke lantai dasar gedung itu dan melihat asap yang mengepul di depan jalan masuk gedung, di dekatnya terdapat mobil besar yang Andrea duga telah menampung korban Tappeli di dalamnya. Sementara mayat Gilardo berada di mobil milik Andrea, dimana Robert sudah di dalamnya.


Andrea tanpa berlama-lama segera masuk ke dalam mobilnya dan duduk di samping Robert, di bagian kursi belakang terdapat jenazah Gilardo yang tertutup kain. Ketika Andrea menoleh ke arah Robert, ia bisa melihat air mata yang membasahi wajah Robert.


“Dia adalah segalanya bagiku, tak kupercaya dia akan pergi secepat ini.” Kata Robert, Andrea meletakkan tangannya di pundak Robert.


“Ayo kita balaskan kematiannya.” Kata Andrea, dan Robert kemudian memacu mobil ke depan. Anak buah Tappeli yang lain mengikuti dengan mobil mereka, Andrea melihat sekitar 5 mobil yang mengikutinya termaksud mobil besar yang membawa mayat-mayat anak buah Tappeli yang gugur.


Hari sudah sore ketika Andrea dan yang lainnya sampai di kuburan kota ini, suasana yang sepi dan suhu yang dingin menyambut kedatangan mereka. Tanpa berbicara, mereka semua menurunkan satu per satu mayat teman-teman mereka yang gugur dan mulai menggali tanah dan kemudian mengubur mereka.


Gilardo adalah yang terakhir di makamkan, ketika semua orang Tappeli yang gugur telah dikuburkan, tibalah saatnya mengeluarkan tubuh Gilardo dari mobil Andrea.

Robert memberanikan diri untuk mengangkat tubuh Gilardo dan kemudian meletakkan di tanah yang sudah digali. Robert meletakkan tubuh Gilardo dengan sangat hati-hati dan kemudian naik ke atas. Secara perlahan, tubuh Gilardo tertutup oleh tanah dan ini adalah terakhir kalinya Andrea melihat wajah tua yang menenangkan itu.


Salah satu anak buah Tappeli memberikan semacam batu nisan kepada Andrea, batu itu adalah batu berukuran besar dengan nama Gilardo Tappeli yang telah terukir di atasnya. Andrea kemudian menancapkan batu itu, dan kemudian mereka semua terdiam tak bersuara selama beberapa saat.


“Malam ini, kita akan menuju ke markas Arnaldo dan membunuh setiap manusia yang ada di dalamnya. Tak ada belas kasih pada mereka, tak ada rasa ampun untuk mereka.” Kata Robert, terdengar sangat meyakinkan.


“Mereka datang kepada kita untuk mencari kematian, maka kita harus memberikan apa yang mereka mau.”


“Aku akan memimpin 15 orang dari kita, dan hanya mereka yang telah berusia cukup dan mempunyai kemampuan di atas rata-rata yang boleh ikut denganku.” Kata Robert, yang langsung disambut dengan cukup banyak celotehan dari anak buah Tappeli lainnya.


“Kalian yang masih muda adalah penerus Tappeli, aku tidak ingin Mafia Tappeli musnah begitu saja hanya karena Gilardo telah tiada. Ia membentuk kita semua sebagai keluarga, dan keluarga tidak pernah usai.” Andrea tersenyum mendengar sahabatnya berkata seperti itu.


“Kalian yang tidak ikut, aku pinta kalian jaga diri baik-baik dan tetaplah berada di gedung kita. Luca, aku ingin kau menjaga mereka, saat-saat seperti ini bisa saja mereka menyerang balik kita.” Lanjut Robert, Luca menganggukan kepalanya paham.


Andrea kemudian mengeluarkan sisa peluru senapan Enfield miliknya dan meletakkan peluru itu di atas makam Gilardo, kemudian Andrea memasukan clip peluru baru dan mengisi ulang senapannya.


“Ayo kita berangkat!”


Bersambung ...


0 views0 comments

Related Posts

See All

Comments


bottom of page