top of page

Bab 18 - AFaAK

Robert dan Andrea kemudian memimpin 2 mobil lainnya yang ikut di belakang mereka, mereka memutuskan untuk kembali ke gedung Tappeli terlebih dahulu untuk mengisi ulang senjata mereka.


Setelah sampai di gedung Tappeli, mereka bergegas menuju gudang senjata dan mulai mengambil semua yang mereka butuhkan. Andrea tidak mengambil apa-apa karena Ia merasa pelurunya sudah lebih dari cukup untuk pertempuran nanti, sementara Robert memilih untuk menggunakan Shotgun Remington Model 870.


Rata-rata anak buah Tappeli yang akan ikut dalam pertempuran nanti memilih senapan Thompson SMG karena memang senapan itu adalah senapan yang mudah digunakan dan lebih-lebih sangat mematikan. Tetapi Andrea melihat ada 2 orang anak buah Tappeli yang memilih membawa senapan M1 Garand, yang menandakan apabila mereka mempunyai kemampuan menembak di atas rata-rata.


“Kalian penembak jitu?” tanya Andrea sembari menghampiri dua orang itu.


“Yeah, kami berdua lahir dan besar di hutan. Jadi setiap harinya kami selalu berburu untuk

dapat makan.” Jawab salah satu dari mereka, barulah Andrea sadar apabila mereka berdua terlihat mirip.


“Kalian bersaudara?” tanya Andrea dan keduanya mengangguk secara bersamaan.


“Namaku Michael, sementara dia Mike. Senang bisa berada di bawah komandomu Andrea.” Jawab Michael sembari mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Andrea.


“Aku mohon kerjasama kalian, ayo kita bunuh mereka semua.” Kata Andrea sembari menjabat tangan Michael dan kemudian menjabat tangan Mike.


Setelah selesai bersiap-siap, Robert kembali memimpin mereka untuk menuju mobil mereka masing-masing dan kemudian mulai memacu mobilnya menuju tempat Arnaldo.


Andrea tidak pernah tahu dimana markas utama Arnaldo berada, tetapi Robert tahu dan tampaknya tidak terlalu jauh dari markas Tappeli. Setelah sampai, Andrea mulai menyadari apabila gedung Arnaldo kurang lebih mirip dengan gedung Tappeli. Keduanya bahkan terletak di depan jalanan lebar yang langsung menuju pintu masuk gedung, dan terdapat gedung-gedung kecil di sisi kiri dan kanan jalanan.


Sebagai musuh, tentunya mereka semua langsung disambut dengan hangat oleh Arnaldo. Satu buah peluru hampir saja mengenai kepala Robert yang untungnya meleset beberapa senti, Robert kemudian membanting setirnya ke kanan dan berlindung di balik gedung kecil tak jauh dari pintu masuk gedung Arnaldo. Tak berapa lama kemudian, anak buah Tappeli yang lainnya mengikuti jejaknya.


“Itu pasti Sergio.” Ucap Andrea sembari turun dari mobil, anak buah Tappeli lainnya mengikuti jejaknya. Andrea bergegas ke ujung tembok, dan mengeluarkan kepalanya sesaat untuk melihat keberadaan Sergio lebih jelas.


Tetapi Sergio langsung menyambutnya dengan satu tembakan yang hampir mengenai kepala Andrea, Andrea dengan cepat segera berlindung di balik tembok.


Mike, salah satu dari dua bersaudara penembak jitu datang menghampiri Andrea sembari memberikan kaca spion mobil yang telah ia patahkan. Andrea kemudian mengerti maksud dari Mike dan menyuruh dua orang dengan senapan Thompson SMG untuk mendekatinya.


“Aku ingin kalian menembakkan senapan kalian ke arah gedung Tappeli, cukup keluarkan tangan kalian saja dan jangan berhenti menembak.” Perintah Andrea, dua orang itu pun segera bersiap di posisi mereka, Andrea kemudian duduk di tanah dan bersiap untuk mencari posisi Sergio melalui pantulan kaca di tangan Andrea.


“Sekarang!” kata Andrea dan dua orang itu menjulurkan tangan mereka dari balik tembok dan mulai menembak secara asal, sementara Andrea dengan konsentrasi penuh berusaha untuk mencari keberadaan Sergio berada.


Akhirnya Andrea menemukannya, sosok Sergio terlihat sedang duduk di kursi roda miliknya sembari membidik ke arah mereka. Senapan Sniper miliknya itu menggunakan kaca pembidik yang membantu penghilatan dan bidikan Sergio menjadi jauh lebih akurat lagi, Sergio kemudian melepaskan satu peluru lagi yang mengenai kaca yang dipegang oleh Andrea. Tetapi Andrea sudah tidak membutuhkannya lagi, ia kemudian menyuruh dua orang itu untuk berhenti menembak.


“Lantai ketiga, sisi kiri gedung. Kalian tak mungkin tidak melihatnya jika melihat ke arah situ.” Kata Andrea, orang di sekitarnya mengangguk ke arahnya, menunggu instruksi selanjutnya.


“Ayo serang!” teriak Andrea sembari keluar dari persembunyian, dengan cepat ia membidik ke arah posisi dimana Sergio berada dan melepaskan satu buah peluru yang hampir mengenai kepala Sergio. Jika saja Andrea mempunyai kaca pembidik di senapan Enfield miliknya maka ia yakin Sergio telah tewas sekarang. Tetapi tembakan tadi sukses membuat Sergio terkejut dan terpental kebelakang dan Andrea berani jamin apabila ia telah terjatuh dari kursi rodanya.


Mereka semua berlari dengan cepat menuju pintu masuk gedung Arnaldo yang tampaknya tidak ada penjaga sama sekali, Robert berlari memimpin mereka paling depan seorang diri. Andrea terkagum melihatnya, bukan hanya karena badan Robert saja yang besar tetapi Ia juga bisa berlari dengan cepat sembari membawa Shotgun miliknya.


Tetapi kemudian, terdengar lagi suara tembakan yang keras dan kemudian Robert terjatuh di tanah. Andrea dengan cepat menyuruh anak buah Tappeli lainnya untuk berlindung di balik gedung di sebelah kiri mereka. Ketika mereka semua sudah bersembunyi di balik tembok, kesunyian kembali menyapa mereka tetapi sekarang terdengar juga teriakan kesakitan Robert yang masih tergeletak di tanah.


“SAKIT SEKALI!” teriak Robert, Andrea melihat sekilas dan ternyata Robert terkena tembak di paha kanannya. Darah mengucur di tanah sekitar Robert dan Robert hanya bisa terbaring tak berdaya. Andrea kemudian mengokang senapannya tetapi Ia masih terdiam di tempatnya.


“TOLONG AKU!” teriak Robert, terdengar sangat kesakitan sembari menengok ke arah Andrea dan yang lainnya. Andrea yang tahu apabila ini adalah pancingan dari si penembak memutuskan untuk tetap berdiam. Tetapi kemudian Andrea kembali bertanya pada dirinya sendiri, siapa penembak kali ini?


“Kita harus menolongnya!” kata salah seorang anak buah Tappeli, tetapi dia sendiri masih terdiam di tempat.


“Lalu apa? Jika kita berhasil menolongnya, maka kita tidak bisa berbuat banyak pada tuan Robert!” balas anak buah Tappeli lainnya. Karena kesal, Andrea menembakkan senapannya ke langit dan membuat mereka semua terdiam tak bersuara. Andrea kemudian mengokang senapannya sekali lagi.


“Itu adalah pancingan, penembak itu memang ingin kita untuk keluar dari sini dan membantu Robert. Tetapi setelah itu, dia akan menembak mati kita.” Kata Andrea, tetapi baik Michael dan Mike sama-sama meletakkan senapan mereka di tanah.


“Robert adalah keluarga kita, bagaimanapun caranya kita harus membantunya!” kata Michael, Andrea merasa semakin kesal.


“Aku dan Mike akan kesana dan menolongnya, kalian bisa melindungi kami dengan tembakan kalian.” Lanjut Michael, anak buah Tappeli yang lain menganggukan kepalanya.


Kemudian, mereka berdua berlari begitu saja menuju tubuh Robert dan kemudian anak buah Tappeli lainnya menembakkan senapan mereka secara asal dari balik tembok. Saat seperti ini, Andrea mencuri kesempatan untuk menengok sedikit dan kemudian Ia menemukan siapa penembaknya.


Sementara Mike dan Michael menarik tubuh Robert secara perlahan, Andrea keluar dari persembunyian dan membidik ke arah Capitano yang berada di sisi kanan gedung. Tetapi ia kalah cepat, Capitano melepaskan dua tembakan cepat yang keduanya mengenai kepala Mike dan Michael dan membunuh mereka berdua secara cepat.


Jantung Andrea berdebar dengan sangat kencang setelah sekian lama, Andrea tahu siapa sasaran selanjutnya Capitano dan kemudian Andrea menembakkan Enfield miliknya tetapi Capitano juga melepaskan tembakannya disaat yang bersamaan.


Tembakkan Andrea sukses mengenai kepala Capitano, membunuhnya saat itu juga. Setelah melepaskan tembakkan, Andrea memejamkan kedua matanya tetapi ia tidak merasa sakit sama sekali di tubuhnya. Ia tahu apabila ia bukanlah sasaran selanjutnya dari Capitano, sasaran selanjutnya dari Capitano adalah Robert.


Kemudian, Andrea memberanikan diri untuk membuka kedua matanya. Di depannya terdapat 3 tubuh yang semuanya tidak bergerak dan tak bernafas, dan ketiganya mengalirkan darah segar yang deras dari kepala mereka.


Melihat itu, Andrea semakin marah tetapi di satu sisi yang lain ia juga merasakan sedih yang amat sangat. Sendirian, ia berlari ke arah pintu masuk gedung Arnaldo dan mulai bermuncullah anak buah Arnaldo yang menjaga gedung itu. Tetapi hidup mereka tak lama setelah Andrea dengan cepat dan ganasnya membunuh mereka dengan senapannya.


Anak buah Tappeli di belakangnya mengikuti jejaknya dan mereka semua kemudian masuk ke dalam gedung, dimana mereka sudah disambut oleh anak buah Arnaldo yang jumlahnya masih bisa mereka tangani.


Andrea terus berlari ke dalam dan membunuh siapa saja yang Ia temui, ia sudah mengisi ulang senapannya berkali-kali dan beban di saku jasnya semakin ringan yang menandakan apabila persedian pelurunya sudah semakin menipis.


Sampai akhirnya, Andrea sudah berada di lantai tiga gedung ini. Anak buah Arnaldo semuanya telah tewas di tangannya atau di tangan anak buah Tappeli. Andrea melihat ke orang-orang yang mengikutinya dan mendapati apabila beberapa dari mereka telah gugur di pertempuran tadi, menyisahkan sejumlah orang yang bisa dihitung dengan jari.


“Bawa kembali tubuh Michael, Mike dan Robert. Bawa juga mereka yang gugur hari ini, lalu kuburlah mereka di dekat Gilardo.” Kata Andrea, sisa anak buah Tappeli itu saling melihat ke satu dengan yang lain.


“Tugas kalian sudah selesai, kembalilah dan pulanglah.” Lanjut Andrea lalu Ia berjalan menuju ke salah satu ruangan yang pintunya terbuka.


Dimana di ruangan itu, terdapat Sergio yang tergeletak di tanah. Senapan Snipernya berada cukup jauh darinya dan dengan kedua kaki yang lumpuh, Ia tidak bisa naik kembali ke kursi rodanya atau mengambil senapan miliknya.


Belum pernah Andrea melihat manusia se-menyedihkan ini, dengan sekuat tenaga Sergio merayap ke arah senapannya berada tetapi Andrea bisa menunggunya sembari makan malam dan Ia yakin apabila Sergio masih belum bisa meraih senapannya.


Tetapi bagaimanapun pula, Sergio adalah manusia yang telah membunuh Gilardo. Dia adalah manusia yang membuat Andrea masih berada di kota ini alih-alih berkumpul dengan keluarganya.


Penuh amarah, Andrea berlari ke arah Sergio yang masih merayap dan menendang kepalanya dengan sangat keras sekali sampai-sampai Andrea merasakan sakit yang teramat sangat di kaki kanannya. Tetapi Sergio tentunya merasakan sakit yang lebih lagi, tubuhnya terlempar, hidungnya patah dan mulutnya mengeluarkan darah.


“Jadi inikah dirimu sebenarnya?” tanya Sergio, tak begitu jelas karena mulutnya yang terluka parah akibat terkena tendangan Andrea tadi.


“Kau lebih memilih membunuh lawanmu yang tak mempunyai apa-apa seperti ini, daripada menantangnya satu lawan satu sampai mati.” Lanjut Sergio.


“Tak kusangka, kau adalah manusia paling pengecut yang pernah aku temui.” Lanjut Sergio, Andrea kemudian berjalan ke arahnya secara perlahan.


Setelah sampai di depannya, Andrea mengarahkan moncong Enfield miliknya tepat ke dahi Sergio yang memejamkan kedua matanya dan kemudian Andrea menarik pelatuknya. Andrea tidak peduli apabila Sergio sedang dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melawannya atau tidak. Bagaimanapun juga, Andrea adalah seorang pembunuh, dan ia hanya menjalankan tugasnya.


Setelah membunuh Sergio, barulah Andrea menyadari apabila dirinya lelah sekali. Ia bahkan harus mengeluarkan semua tenaganya hanya untuk berjalan pergi dari ruangan itu, ia lalu menjatuhkan senapan Enfield miliknya di dekat mayat Sergio karena membawanya terasa berat bagi dirinya.


Andrea mengira apabila orang-orang Tappeli tadi sudah pergi dari sini, tetapi ternyata Ia salah karena mereka semua masih menunggu kedatangannya kembali. Mereka kemudian bergegas menuju ke arah Andrea dan membantunya berjalan, hanya tersisa 4 orang dari mereka tetapi Andrea merasa seperti berkumpul dengan seluruh anggota Tappeli.


“Jadi kau akan pergi dari kota ini ya?” tanya salah seorang dari mereka, Andrea menganggukan kepalanya lemah.


“Aku juga mungkin akan pergi dari sini, karena menurutku kita semua sudah usai di sini. Waktunya memulai hidup baru di luar sana.” Katanya, orang-orang lain di sekitarnya juga berbicara hal yang sama.


“Aku pikir negara Meksiko akan menjadi tempat yang indah untukku, aku bisa berkumpul lagi dengan keluargaku.”


“Italia juga, aku akan kembali ke rumahku yang sebenarnya setelah ini!”


“Nah, kau bisa menyetir sendiri kan?” tanya orang yang membantunya berjalan ketika Ia sudah sampai di depan mobilnya sendiri. Andrea mengangguk dan kemudian masuk ke dalam mobilnya.


“Kami akan membersihkan yang tersisa di sini, kau pulang dan beristirahatlah.” Lanjut orang itu, dan Andrea mulai menyalakan mesin mobilnya.


“Sampai jumpa, Andrea!”


Kemudian, Andrea mulai memacu mobilnya dan berjalan menuju rumahnya. Malam yang dingin dan sepi membuat pikiran Andrea melayang jauh ke Hawaii, ke tempat dimana keluarganya sedang menunggunya.


Tugas Andrea di sini sudah selesai, ia tak perlu memusingkan apapun lagi soal kota ini.

Besok, ia akan pergi dari kota ini dan hidup bahagia bersama keluarganya. Besok, ia tak perlu membunuh siapa-siapa lagi. Besok, ia akan memulai hidup yang baru.


Ketika akhirnya Andrea sudah sampai di depan rumah, Ia segera turun dan masuk ke dalam. Tanpa sambutan dan pelukan dari istrinya, rumah ini terasa dingin dan menyakitkan. Ia mulai merindukan keberadaan dan kehangatan keluarganya, sakin lelahnya Ia segera

menuju ke kamarnya dan tertidur pulas.


Bersambung ...


1 view0 comments

Related Posts

See All

Comments


bottom of page