top of page

Bab 3 - AFaAK

“Pembunuhan dan perampasan sangat sering terjadi di sana, tetapi tampaknya polisi dan media di sana seakan-akan menutupi hal tersebut,“ lanjut kepala polisi nasional itu.


“Aku telah berkerja sama dengan FBI dan FBI sendiri bilang akan terjun langsung ke kota Delitto,“ lanjutnya, dan Andrea tersenyum kecil mendengarnya.


“Mulai hari ini, kunyatakan perang terbuka melawan kriminal-kriminal di luar sana !“ tutupnya dan disambut dengan sorakan dan tepukan para wartawan, beberapa detik kemudian Tola datang dengan 3 manguk es krim berukuran besar yang terlihat sangat lezat. Patricia dan Natalia terlihat sangat senang melihatnya.


“Ini es krim kesukaan kalian, anak-anak.” Tola kemudian memberikan tiga mangkuk itu kepada mereka, Patricia dan Natalia langsung memakannya dengan lahap.


“Bagaimana bisnismu Tola?“ tanya Andrea sembari memulai makan es krim, rasanya selalu enak.


“Semuanya berjalan dengan lancar, semenjak bergabung dengan Tappeli pengunjungku bertambah banyak.“ Jawab Tola tersenyum lebar.


“Atau mungkin pengunjungmu bertambah banyak karena memang es krimmu terasa enak.“ Tola tertawa mendengarnya.


“Tapi anehnya, di hawa yang dingin seperti ini justru pengunjungku malah bertambah lebih banyak dari biasanya.“ Kata Tola.


“Musim apapun adalah musim terbaik untuk memakan es krim.“ Balas Andrea dan Tola kembali tertawa.


"Kalian pulang lebih cepat?“ tanya Tola kepada dua anak di depannya, yang langsung mengangguk.


“Richard bertugas hari ini.“ Kata Andrea dan Tola langsung paham seketika.


“Ayah, siapa orang itu tadi?“ tanya Patricia dengan mulut yang sedikit kotor akibat es krim.


“Teman kerja ayah.“ Jawab Andrea dan dari belakang terdengar dering telepon milik Tola, Tola pamit sebentar dan tak berapa lama kemudian ia kembali dan mengatakan apabila ada telepon bagi Andrea.


“Andrea.“ Sapa Gilardo ketika Andrea sudah menerima teleponnya.


“Bagaimana kau tahu aku berada disini?“ tanya Andrea dan Gilardo tertawa pelan mendengarnya.


“Aku selalu tahu banyak hal, Andrea.“ jawab Gilardo.


“Kau menonton berita pagi ini?“


“Ya, dan aku tahu kau tidak akan senang mendengarnya.“ jawab Andrea.


“Sangat tidak senang, mereka berani bermain-main di wilayahku maka mereka berani mengambil resiko yang sangat besar.“


“Jaga diri dan keluargamu, aku belum tahu seberapa banyak yang mereka tahu soal kita atau mafia lain dan aku tidak mau kehilangan orang terbaikku.“


“Apakah hari ini kau kosong?“ tanya Gilardo menanyakan jadwal Andrea.


“Ya, ada tugas?“ tanya balik Andrea.


“Tentu saja, aku mendapat bocoran jika mereka akan mengirimkan pasukan mereka ke kota ini sore nanti.“ Jawab Gilardo.


“Kau akan mencegat laju mereka dan membunuh siapapun yang berada di dalam mobil itu.“


“Aku tidak bisa membunuh mereka seorang diri. Tentunya kau tahu hal itu kan? “ tanya Andrea dan Gilardo tertawa pelan.


“Kau akan memimpin beberapa prajurit terbaik kita, kau adalah seorang capo sekarang.“ Capo adalah seseorang yang memimpin banyak pasukan dalam keluarga mafia, suatu jabatan yang cukup tinggi dan sangat dihormati. Tetapi Andrea tidak begitu senang dengan hal ini, ia lebih suka melakukan hal-hal seperti ini seorang diri.


“Aku tahu kau tidak suka dengan ini.“ Sambung Gilardo seakan-akan bisa membaca pikiran Andrea.


“Tapi orang-orang Tappeli tahu siapa manusia yang paling berbahaya dan yang paling mereka hormati di keluarga kita.“


“Tentu saja kau adalah orang itu.“ Balas Andrea.


“Aku? Aku hanya seorang pria tua yang duduk di balik meja. Tapi kau, kau adalah pembunuh terbaik di kota ini dan semua orang tahu itu.“ Andrea tahu apabila Gilardo suka sekali memotivasi anak buahnya untuk menjadi lebih baik lagi tetapi sayangnya hal ini tidak mempan pada diri Andrea.


“Ketika mereka membicarakan Mafia Tappeli, yang mereka takutkan bukanlah nama Gilardo Tappeli, yang mereka takutkan adalah nama Andrea Ventura. Kau sudah meninggalkan jejak yang sangat membekas di dunia ini, dan sekarang adalah saat yang tepat untuk memperluas jejakmu itu.“


“Baiklah,“ balas Andrea dan Ia bisa mendengar rasa senang Gilardo dari balik telepon.


“Aku hanya ingin memberi tahu kau apabila hal motivasi seperti ini tidak pernah mempan untukku, tetapi aku akan lakukan tugasku,“ lanjut Andrea dan Gilardo tertawa mendengarnya.


“Mereka datang kesini ingin mencari perang, maka ayo kita berikan mereka perang yang mereka inginkan.“ Lanjut Andrea.


“Baiklah, datang ke tempat siang nanti. Aku akan menyiapkan semuanya dan kau akan berangkat dari situ.“ Perintah Gilardo dan sambungan telepon terputus.


Andrea kemudian berjalan kembali ke bagian depan restoran itu dan melihat Natalia dan Patricia yang sedang menghabiskan es krim miliknya dengan cepat, ketika mereka berdua melihat kedatangan Andrea mereka hanya bisa tertawa dengan wajah yang kotor akan es krim. Andrea pun hanya bisa tertawa balik sembari membersihkan kedua wajah mereka.


“Semuanya baik-baik saja?“ tanya Tola, terdengar sedikit khawatir.


“Ya, aku hanya akan menyambut tamu kita sore nanti.“ jawab Andrea dan Tola mengangguk paham.


Andrea kemudian melihat ke jam dinding di restoran tersebut dan waktu sudah menunjukan siang hari, Andrea kemudian mengajak dua anak di depannya untuk pamit ke Tola dan pulang. Tak lupa juga Andrea membayar makanannya dan kemudian berjalan menuju mobilnya.


“Kau akan pulang lebih dulu Natalia? Atau ingin bermain dengan Pat lebih lama?“ tanya Andrea.


“Aku benci rumah, jadi bolehkah aku bermain dengan Pat lebih lama?“ tanya balik Natalia dan Andrea tersenyum ke arahnya dengan lembut.


“Tentu saja manis, kau boleh bermain sepuasnya dengan Pat.“ jawab Andrea dan dia kemudian menyalakan mesin mobilnya dan mulai mengantar mereka semua kembali ke rumah.


Sepanjang perjalanan, mereka berdua bercerita dengan seru tentang apa yang mereka lakukan di hari kemarin. Patricia bercerita dengan sangat serunya dan Natalia mendengarnya dengan seksama dan sekali-kali bercerita juga.


Tidak lama kemudian, mereka semua sudah sampai di depan rumah yang langsung disambut oleh Aurora yang terlihat sedikit bingung dengan betapa cepatnya mereka sudah kembali.


“Richard sedang bertugas.“ ucap Andrea singkat dan kebingungan Aurora langsung sirna.

Andrea kemudian membuka pintu mobil dan Patricia serta Natalia langsung keluar dan memeluk Aurora dengan hangat. Natalia memang lebih dekat dengan Aurora ketimbang dengan Andrea, suatu hal yang sangat wajar mengingat Aurora adalah ibu yang sangat baik sekali.


“Kalian tak apa?“ tanya Aurora sembari membersihkan sedikit noda es krim dari mulut Natalia.


“Tidak apa-apa, Andrea melindungi kami.“ Aurora memberikan senyuman yang tulus pada Andrea.


“Ayo masuk.“ ajak Aurora sembari menuntun Patricia dan Natalia masuk ke dalam rumah,

Andrea mengikuti dari belakang. Sesampainya di dalam rumah, suasana yang hangat kembali menyapa mereka. Andrea langsung melepas jasnya dan menggantungkannya di gantungan berserta juga topi fedora hitam favoritnya.


Kemudian Andrea berjalan ke ruang tengah dan menyalakan televisinya, dimana ia sudah disambut oleh berita hangat hari ini yaitu penembakan di sekolah tadi pagi. Nama dan foto Richard muncul di layar televisi dan Andrea semakin yakin apabila polisi semakin serius untuk memberhentikan mafia-mafia di kota ini.


“Apakah semuanya baik-baik saja sayang?“ tanya Aurora setelah mengantarkan Patricia dan Natalia ke kamar.


“Yeah, Gilardo menugaskanku untuk mencegat pasukan polisi yang akan masuk ke kota ini nanti sore.“ Jawab Andrea dan Aurora tampak sedikit khawatir.


“Aku sudah menonton beritanya tadi, tampaknya sangat berbahaya.“ Andrea mengusap rambut istrinya itu dengan pelan.


“Aku lebih berbahaya daripada mereka.“ Balas Andrea dan Aurora tertawa pelan mendengarnya.


“Kau akan melakukannya sendiri?“


“Tentu saja tidak, aku sekarang adalah capo dan akan memimpin prajurit-prajurit Tappeli nanti.“


“Aku akan berangkat sebentar lagi, tapi aku masih harus menyiapkan beberapa hal.” kata Andrea sembari berjalan ke lemari khusus senjata dan membuka kuncinya, Andrea kemudian mengeluarkan senapan Marlin 336 kemarin, Thompson SMG, beberapa kotak peluru dan membawa semuanya keatas meja makan.


“Sayang, bisakah kau ambilkan jas anti peluruku?“ pinta Andrea dan Aurora segera bergegas ke kamar.


Andrea kemudian dengan cekatan membongkar satu per satu bagian dari senapan Marlin 336 dan setelah terlepas semuanya, ia segera membersihkannya dengan kain dan sedikit minyak. Selesai melakukan itu, Andrea memasang kembali senapan Marlinnya seperti semula dan sekarang giliran senapan sub-machine Thompsonnya yang dibongkar, dibersihkan dan dipasang kembali.


Tak berapa lama setelahnya, Aurora kembali ke ruang tengah dan memberikan Andrea jas khusus yang diberikan oleh Gilardo beberapa bulan yang lalu. Jas hitam ini tampak seperti jas pada biasanya, tetapi lebih berat dan sedikit lebih tebal karena di dalam jas tersebut terdapat rompi anti peluru.


“Aku kesulitan mencarinya, kau meletakannya di lemari paling bawah.“ Kata Aurora, ia sedikit kelelahan dan Andrea hanya bisa tertawa melihatnya.


“Mengapa kau tidak menggunakan senapan favoritmu?“ tanya Aurora ketika melihat senapan yang berada di meja.


“Marlin adalah senapan favoritku sayang.“ Aurora menggelengkan kepalanya tidak setuju.


“Ini adalah senapan yang ringan, sangat akurat dan mematikan. Jarang sekali macet dan juga perawatannya tidaklah terlalu sulit“ Lanjut Andrea sembari mengelus senapannya dengan lembut.


“Lalu, bagaimana dengan yang itu?“ tanya Aurora sembari menunjuk ke senapan yang digantungkan di tembok di depan mereka, Andrea tersenyum melihatnya.


“Ah, Lee-Enfield Mark 3.“ Itu adalah senapan yang spesial bagi Andrea. Diberikan padanya oleh seorang tentara Inggris di era perang dunia kedua beberapa tahun yang lalu, ketika dirinya masihlah muda dan menjadi prajurit tentara Amerika.




“Sangat akurat dari jarak yang jauh, dan sangat mematikan. Salah satu senapan terbaik yang pernah aku gunakan. Musuh kita saat itu tidak pernah tahu apa yang membunuh mereka dari kejauhan,“ lanjutnya dan Aurora mengelus rambutnya dengan lembut.


“Aku akan gunakan senapan itu ketika aku merasa ingin menggunakannya, tetapi untuk saat ini aku lebih nyaman dan lebih senang menggunakan senapan Marlin.“ Lanjutnya sembari mengisi ulang dua senapan di meja dengan peluru, lalu ia menggunakan jas hitamnya dan mengantongi beberapa peluru di kedua sakunya.


“Kau akan berangkat sekarang?“ tanya Aurora dan Andrea menganggukan kepalanya.


“Titipkan salamku pada mereka.“ jawab Andrea.


“Aku akan kembali malam hari.“ Andrea lalu mencium istrinya dengan lembut, lalu kemudian berjalan sembari mengikatkan Marlin ke tubuhnya dan menenteng Thompson di tangan kanannya.


Tubuh Andrea terasa berat dengan beban yang ia bawa sekarang, tetapi semakin lama Ia semakin terbiasa dengan hal seperti ini. Ketika hendak keluar rumah, tak lupa ia mengambil topi fedora hitamnya dan baru pergi keluar rumah dimana Timo baru saja datang dan membunyikan klaksonnya.


“Selamat siang tuan!“ sapa Timo dengan senyuman hangat, Andrea bergegas masuk ke dalam mobil.


“Selamat siang Timo, aku baru saja ingin mengandarai mobilku sendiri.“


“Tuan Gilardo menyuruhku untuk datang kesini menjemputmu.“ balas Timo sembari mulai memacu mobilnya.


“Dia selalu tahu banyak hal.“ Ucap Andrea dan Timo mengangguk setuju.


“Aku dengar polisi akan berperang dengan kita, tuan?“ tanya Timo.


“Yeah, mereka ingin menghapuskan kejahatan dan semacamnya dari kota ini.“ Timo tertawa mendengarnya.


“Aku berani jamin tuan Gilardo marah besar akan itu.“ Kata Timo


“Dia sangat marah sekali, langsung menelponku dan memintaku untuk memberhentikan mereka yang hendak masuk ke kota sore ini.“ Ucap Andrea dan Timo menengok ke arahnya sekilas.


“Kau akan berperang dengan mereka?“ Andrea mengangguk.


“Seorang diri?”


“Tentu tidak, aku adalah seorang capo sekarang.“ Jawab Andrea dan Timo terlihat senang sekali.


“Selamat tuan! Anda layak mendapatkannya!“ kata Timo dan Andrea tersenyum mendengarnya, Timo adalah manusia yang sangat baik kepada siapapun yang Ia temui.


Tak lama kemudian, Andrea dan Timo sudah sampai di markas Tappeli dimana orang-orang Tappeli sedang berdiri di depan gedung dengan senapan di kedua tangan mereka. Andrea berani jamin siapapun penduduk kota biasa yang lewat di dekat situ akan lari ketakutan ketika melihat mereka.


“Terimakasih banyak Timo.“ Ucap Andrea sembari keluar dari mobil.


“Semoga sukses tuan!“ kata Timo setelah Andrea menutup pintu mobilnya.


Ketika Andrea berjalan ke arah mereka, mereka dengan segera membukakan jalan untuknya lewat ke dalam gedung. Andrea kemudian berjalan dengan santai dan tenangnya, kedua senapan yang ia bawa tampaknya membuat takut mereka. Andrea kemudian segera bergegas menuju ruang Gilardo.


“Akhirnya kau datang juga.“ Kata Gilardo, dan kali ini ia tidak sendirian di ruangannya. Di depannya duduk seorang pria bertubuh tinggi besar bernama Robert ‘The Bear‘ Charles, salah satu orang andalan Gilardo dalam misi pembunuhan, dikenal luas sebagai salah satu manusia yang berbahaya di kota ini, dan juga adalah teman dekat Andrea. Ia mendapatkan julukan The Bear dikarenakan tubuhnya yang besar dan mengerikan layaknya seekor beruang.


“Robert.“ Sapa Andrea dan Robert membalasnya dengan menepuk telapak tangan Andrea dengan pelan.


“Sudah lama kita tidak berjumpa.“ Kata Robert, suaranya berat dan serak membuat dirinya terlihat semakin mengerikan.


“Bagaimana kehidupan di penjara?“ tanya Andrea, Robert sudah tiga kali keluar masuk penjara karena kecerobohannya sendiri dalam melakukan tugas. Tetapi Gilardo tidak pernah meragukan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas yang Ia berikan padanya.


“Penjara sekarang sudah menjadi rumahku, aku bertemu orang-orang yang menarik disana.“ Andrea tersenyum kepadanya.


“Tuan-tuan.“ Kata Gilardo meminta perhatian mereka.


“Kita semua tahu apa yang akan kita lakukan nanti,” lanjutnya lalu memakan permen jeruk kesukaannya.


“Tetapi sayangnya aku masih belum tahu berapa banyak yang akan mereka bawa.“


“Tak jadi masalah untukku.“ Kata Robert dan Gilardo tersenyum ramah padanya.


“Untukmu?“ tanya Andrea kebingungan, Ia pikir tugas ini hanyalah untuknya.


“Yeah, Robert dan kau akan bertugas bersama melawan mereka.“ jawab Gilardo dan Andrea menatapnya lama.


“Baiklah. Jadi apa rencananya?“ tanya Andrea yang memilih untuk memendam pertanyaan di isi kepalanya.


“Kita akan memberhentikan mereka di jalan Dame, tepat setelah mereka meninggalkan kota New York dan masuk ke kota ini.“ Jawab Gilardo.


“Mereka akan membawa 4 truk besar untuk membawa anggota mereka, dan disitulah kalian akan membunuh mereka semua,“ lanjut Gilardo, Robert dan Andrea sama-sama mengangguk paham.


“Andrea, kau akan bawa 30 orang dan Robert akan membawa 40 orang.“


“Serang mereka dengan apapun yang kalian punya. Sub-machine, Assault Rifle, Shotgun, apapun yang kalian punya dan jangan anggap remeh mereka karena ingatlah selalu, kalian akan menghadapi prajurit terbaik mereka.“


“Mereka juga akan bertarung melawan orang terbaik Tappeli.“ Balas Robert dan Andrea setuju padanya.


“Gunakan topeng ini, aku tidak ingin musuh tahu seperti apa wajah kalian.“ kata Gilardo sembari memberikan dua buah topeng berwarna hitam gelap, Andrea dan Robert segera menggunakannya.


“Orang-orang kalian sudah menunggu dibawah, mereka akan menuju lokasi dengan mobil yang berbeda. Kalian berdua akan berangkat di waktu yang bersama dan menggunakan mobil yang sama. Ambil senjata apapun yang kalian inginkan di gudang senjata, dan semoga berhasil.“ Mereka berdua mengangguk paham.


“Sebelum kalian pergi, ingin permen?“ tawar Gilardo sembari menyodorkan dua buah permen jeruk kepada mereka, baik Andrea dan Robert mengambil dan memakan permen itu dari balik topeng mereka.


“Untuk keberuntungan.“ Kata Andrea dan mereka berdua segera pergi dari ruangan itu menuju ke depan gedung dimana mereka sudah dinantikan oleh prajurit mereka.


Bersambung ...


0 views0 comments

Related Posts

See All

Comments


bottom of page