top of page

Bab 6 - AFaAK

“Dia sudah menyerah,“ lanjut Ziotto.


“Dia tahu betul untuk tidak bermacam-macam dengan kita.“ Lanjutnya dan Andrea tertawa kecil mendengarnya.


“Bagaimana kabarmu?“ tanya Andrea.


“Baik, semuanya baik.“ Jawab Ziotto.


“Kenapa kau yakin sekali apabila dia sudah menyerah?“


“Pasukan yang ia kirim tadi sore, adalah pasukan terbaiknya.“


“Beberapa dari mereka adalah satuan khusus dari FBI, dan ada juga yang veteran perang dunia kedua sama sepertimu.“ Andrea hanya bisa memikirkan wajah tentara Inggris yang pernah bertempur bersamanya saat dulu, orang yang sama yang memberikannya senapan Lee Enfield yang saat ini dipajang di dinding rumahnya.


“Yeah, dia hampir mengenaiku.“ Ziotto terdiam sejenak mendengar itu.


“Kau tertembak?“ tanya Ziotto.


“Tidak, dia menembak topiku. Dia adalah manusia yang hebat.“ Andrea bisa mendengar hembusan nafas lega Ziotto dari balik telepon.


“Kau tahu namanya?“ tanya Andrea.


“Apakah dia menggunakan jas?“ tanya balik Ziotto.


“Yeah, dan juga beberapa dari mereka yang lain menggunakan jas.“ Jawab Andrea.


“Itu adalah satuan khusus dari FBI, mereka berada di luar jangkauanku. Aku tidak tahu siapa dia,“ kata Ziotto dan Andrea sedikit lega mendengarnya.


“Tetapi yang terpenting adalah kau tidak kenapa-kenapa.“


“Oh ya, Robert sudah keluar dari penjara?“


“Yeah, kau yang membantunya?“ tanya balik Andrea.


“Tentu saja, dia seharusnya di penjara selama 10 tahun. Menculik seorang polisi begitu saja karena amarahnya yang tidak bisa dikendalikan.“ Jawab Ziotto dan Andrea tertawa mendengarnya.


“Tetapi aku berani jamin, apabila ia saat ini sudah menjadi manusia yang berbeda dari sebelumnya, dan tentunya menjadi manusia yang lebih baik,“ kata Andrea.


“Putrinya meninggal dunia saat Ia masih di penjara.“ Lanjut Andrea.


“Yeah, dia memintaku untuk membebaskannya dari situ setelah mendengar kabar apabila putrinya telah meninggal.“ Balas Ziotto dan mereka berdua terdiam selama beberapa saat.


“Pernikahanmu sudah siap?“ tanya Andrea, memecah kesunyian.


“Semuanya sudah siap, kau belum bertemu dengan Catherine kan?“ tanya balik Ziotto.


“Kau harus bertemu dengannya, dia adalah wanita tercantik yang pernah ku temui.“ Sambung Ziotto.


“Aurora masih lebih cantik darinya.“ Sahut Andrea, Aurora yang mendengar ucapannya itu tersenyum dengan manis ke arahnya.


“Kau janji akan datang besok, kan?“ tanya Ziotto.


“Tentu saja, aku akan bawa Patricia dan juga Natalia.“


“Siapa itu Natalia?“


“Ceritanya panjang, tetapi dia sekarang adalah anak angkatku.“


“Baiklah. Gilardo sudah memberitahukan semuanya kan? Perihal kau adalah keluarga jauhku ketika kau sudah sampai di pesta nanti? “


“Tentu saja, apakah kepala polisi nasional kita akan benar-benar datang ke pesta?“


“Yeah, dan juga orang-orang tinggi di kepolisian nasional. Pesta kita nanti akan sangat berbahaya.“ Jawab Ziotto dan kemudian Ia tertawa pelan.


“Baiklah, jaga dirimu.“


“Kau juga.“ Kemudian sambungan telepon terputus.


“Tuan Ziotto?“ tanya Aurora dan Andrea menganggukan kepalanya sembari berjalan ke arahnya.


“Apakah Patricia sudah tidur?“ tanya Andrea.


“Belum, aku rasa dia sedang berbicara dengan Natalia.“ Jawab Aurora dan Andrea menggenggam tangannya dan kemudian menuntunnya menuju kamar anak mereka.


Ketika Andrea dan Aurora sudah sampai di kamar anaknya, mereka melihat Patricia dan Natalia yang sedang bermain boneka dan terlihat seru dan senang sekali. Baik Andrea maupun Aurora hanya bisa tersenyum melihatnya.


“Aku akan jadi ibu yang baik seperti ibuku.“ Ucap Patricia dengan suara yang berbeda dari biasanya, ia juga memainkan bonekanya dengan kedua tangannya.


“Mama, aku ingin makan sesuatu.“ Sahut Natalia, dan Patricia menggerakan kepala bonekanya menjadi sebuah gelengan tidak setuju.


“Sudah malam, sudah saatnya kita tidur.“ Balas Patricia, Andrea dan Aurora tertawa mendengarnya.


“Kau benar sayang, sudah malam. Kalian seharusnya tidur.“ Kata Aurora sembari mengelus rambut Natalia dan juga Patricia.


“Tapi kan besok libur.“


“Besok kita akan ke pernikahan paman Ziotto, jadi tidurlah dengan nyenyak malam ini.“ Kata Aurora sembari mencubit pipi Natalia pelan. Tak berapa lama kemudian, mereka berdua pun sudah terlelap dengan hangat dan tenang, Andrea dan Aurora bergantian mencium kening mereka berdua dengan hangat dan kemudian Andrea mengajak Aurora untuk tidur bersama.


“Aku tidak sabar menunggu pesta pernikahan tuan Ziotto.“ Kata Aurora ketika Ia sudah berbaring di samping Andrea.


“Kita akan menyamar menjadi anggota keluarga jauh dari Ziotto.“ Aurora menatapnya dengan bingung.


“Ziotto juga akan mengundang teman-teman polisinya, tentunya tidak mungkin apabila kita datang ke sana sebagai Mafia yang sedang mereka cari bukan?“ kata Andrea menjelaskan, dan Aurora terlihat paham.


“Ayo tidur, kita punya hari yang besar dan panjang esok.“ Lanjutnya sembari mematikan lampu kamarnya.


Ketika membuka matanya kembali, Andrea sudah disambut oleh dua wajah Patricia dan Natalia yang berada di depan matanya. Mereka berdua langsung tertawa geli ketika melihat Andrea sudah membuka kedua matanya.


“Akhirnya kau bangun juga.” Kata Patricia disela-sela tawa lucunya.


“Jam berapa ini?” tanya Andrea dan Natalia langsung menunjuk ke arah jam dinding di samping Andrea, yang menunjuk ke angka 9 pagi.


“Kalian sudah siap semuanya?” tanya lagi Andrea dan setelah menatap mereka lebih cermat, Andrea menyadari apabila mereka berdua juga baru bangun.


“Ibu menyuruh kita membangunkanmu.” Jawab Natalia dan Andrea mengusap rambutnya pelan.


“Kita masih punya cukup banyak waktu, tetapi lebih baik kalian bersiap-siap dulu sana.” Kata Andrea, Patricia dan Natalia segera bangkit dari kasur dan berlari keluar kamar.


Andrea kemudian bangkit dari kasurnya, dan meminum air putih sebelum Ia memutuskan untuk pergi ke dapur, dimana istrinya tercinta sudah menyiapkan makanan untuk mereka sarapan, Patricia dan Natalia juga terlihat sudah mulai menyantap sarapan mereka dengan lahap.


Kemudian Andrea berjalan ke arah mereka, mengacak-acak rambut mereka berdua dan kemudian mencium pipi mereka dengan hangat. Baru kemudian, Ia berjalan ke arah istrinya dan mencium bibir istrinya dengan lembut.


“Aku sudah siapkan kopi kesukaanmu.” Kata Aurora sembari menunjuk ke arah meja makan dimana memang sudah ada satu gelas kopi hitam tawar kesukaan Andrea.


“Ikan panggang favoritmu juga ada.” Tambah Aurora ketika Andrea berjalan menuju meja makan dan mulai menyantap sarapan, tak berapa lama Aurora bergabung dan mereka semua menyantap sarapan mereka dengan nikmat.


“Siapa itu tuan Ziotto?” tanya Natalia ketika Ia sudah menyelesaikan sarapannya.


“Kau akan memanggilnya paman nanti, dia adalah teman kerja ayah.” Jawab Patricia.


“Ayah, apakah nanti paman Robert juga ikut?” tanya Patricia dan Andrea meminum kopinya terlebih dahulu sebelum menjawabnya.


“Tentu saja sayang, dia juga bilang untuk mengajakmu.” Jawab Andrea dan Patricia terlihat senang sekali.


“Nat, kau harus bertemu dengannya. Paman Robert adalah orang berbadan besar yang berhati baik.” Kata Patricia dan Aurora serta Andrea tertawa mendengarnya.


“Kita mungkin akan menginap di luar kota hari ini.” Ucap Andrea, Natalia dan Patricia terlihat senang sekali mendengarnya.


“Hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan.” Kata Patricia dengan riang dan semua orang disitu tertawa mendengarnya.


Tak berapa lama kemudian, mereka semua pergi mandi dan mulai mengenakan pakaian terbaik mereka. Andrea menggunakan kemeja berwarna hitam dan dilapisi dengan jas berwarna hitam miliknya, dan sudah menjadi kebiasaan Andrea untuk tidak melengkapi kemejanya dengan dasi dan juga tidak mengancing jasnya satu kancingpun. Andrea tidak menggunakan topi fedora miliknya kali ini, dan Ia merasa ada yang kurang dari dirinya.


Sementara itu, Aurora terlihat cantik menggunakan gaun putih panjang dan tanpa pernak pernik yang terlalu mewah atau mencolok lainnya, satu hal yang Andrea sangat suka dari Aurora adalah ketidaksukaannya terhadap perhiasan yang terlalu mewah atau berlebihan.


Baik Natalia maupun Patricia juga terlihat cantik dan anggun dengan gaun anak kecil mereka, Patricia menggunakan gaun berwarna hitam sementara Natalia menggunakan gaun berwarna putih.


Lalu Andrea mengajak mereka semua untuk mulai berangkat, setelah memeriksa semua hal dan mengecek apabila Revolver kesayangannya berada di balik saku jasnya, Andrea kemudian membuka pintu keluar rumahnya dimana Timo sudah menunggu dengan pakaian dan senyuman terbaiknya.


“Selamat pagi semuanya!” sapanya sembari keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil agar mereka semua bisa masuk, Andrea dan yang lain pun segera masuk ke dalam mobil dan tak lama kemudian mereka semua sudah berangkat menuju pesta.


“Ayah, apakah tuan Ziotto masih tinggal di New York?” tanya Patricia yang duduk di pangkuan Andrea.


“Yeah, disanalah kita akan berpesta juga.” Jawab Andrea sembari mengelus rambut Patricia dengan lembut.


Setelah beberapa waktu terlewati, akhirnya mereka sudah disambut oleh Patung Liberty yang terkenal dan besar itu. Natalia dan Patricia menempelkan wajah mereka ke kaca mobil untuk melihat betapa megahnya patung itu. Timo juga sedikit melambatkan laju mobilnya agar mereka semua bisa melihat patung itu secara seksama.


Beberapa saat kemudian, mereka sudah masuk ke dalam kota New York dan disambut lagi oleh deretan gedung-gedung pencakar langit yang besar dan mewah, kota New York memang lebih besar dan lebih megah jika dibandingkan dengan kota Delitto dan baik Patricia maupun Natalia sama-sama takjub dengan betapa mewahnya kota New York.


“Ayah, dimana paman Ziotto tinggal?” tanya Patricia masih menempelkan wajahnya dari balik kaca mobil.


“Tak jauh dari sini, sebentar lagi kita akan sampai sayang.” Jawab Andrea dan memang benar adanya, tak berapa lama kemudian mereka masuk ke dalam bawah tanah dan Timo memarkirkan mobilnya disana, mereka semua kemudian turun dari mobil dan masuk ke dalam gedung besar yang sudah dijaga oleh beberapa orang di pintu masuknya, ketika para penjaga tersebut melihat kehadiran Andrea dan keluarganya mereka langsung membukakan pintu masuk.


Ketika mereka masuk ke dalam gedung, mereka semua takjub dengan dekorasi dan mewahnya ruangan pesta itu. Ratusan tamu lainnya terlihat saling berbicara satu dengan yang lain, ada beberapa yang berdansa di tengah ruangan dan juga ada yang sedang menikmati makanan. Dari kejauhan, Andrea bisa melihat sosok Gilardo dan Robert yang sedang berbicara dengan seseorang, Andrea kemudian menuntun keluarganya dan juga Timo untuk mendekat ke arah mereka berdua.


“Andrea!” sapa Gilardo, terlihat senang sekali menyambut kehadiran Andrea dan keluarganya.


“Patricia!” sapa Robert, Patricia langsung berlari ke arahnya dan memeluknya dengan erat. Andrea tersenyum ketika melihat Robert menyuruh Natalia untuk mendekat kepadanya dan juga memberikan pelukan hangat padanya.


“Apa kabar, Aurora?” tanya Gilardo dan Aurora membalasnya dengan senyuman manis.


“Dimana Ziotto?” tanya Andrea sembari melihat kesekelilingnya, berharap menemukan Ziotto.


“Dia masih di belakang, mempersiapkan semuanya bersama Istrinya,” kata Gilardo sembari mengambil satu gelas minuman dari pelayan yang lewat.


“Tetapi aku tidak mengkhawatirkannya, dia sudah menyiapkan semuanya.” Lanjutnya setelah meminum habis bir di dalam gelas itu.


“Dimana polisi-polisi itu?” tanya Andrea dan Gilardo merentangkan kedua tangannya dengan lebar.


“Mereka semua ada di setiap jengkal ruangan ini, maka dari itu jaga perkataan dan perbuatanmu.” Jawab Gilardo sembari tersenyum lebar kepada Andrea.


“Kita berjumpa lagi!” sapa Lira sembari berjalan ke arah mereka, di belakangnya ada Richard yang sedang mendorong seseorang yang sedang duduk di kursi roda.


“Kalian ingin es krim?” tanya Robert kepada Patricia dan Natalia, lalu tak lama kemudian Robert mengajak mereka berdua menyingkir dari situ. Andrea dan Aurora tersenyum setuju dengan apa yang dilakukan oleh Robert.


“Ah, aku rasa kalian belum bertemu dengannya.” Kata Lira sembari menunjuk ke orang yang duduk di kursi roda, orang itu berambut panjang berwarna pirang dan juga mempunyai badan yang tinggi dan kurus sekali.


“Namaku Sergio Volante, senang akhirnya bisa bertemu dengan kalian semua.” Kata orang di kursi roda.


“Aku juga adalah Consigliere dari Mafia Arnaldo.” Lanjutnya dan Andrea dan Gilardo menganggukan kepalanya sekali.


“Jadi, apa yang telah terjadi dengan kakimu?” tanya Andrea, istrinya langsung menyikutnya pelan dan Richard menatapnya dengan tatapan tak suka. Tetapi Sergio terlihat biasa saja dan justru tersenyum pada Andrea.


“Kecelakaan kecil ketika aku masih muda, doktor bilang tidak bisa diselamatkan dan aku harus hidup di atas kursi roda ini selamanya.” Jawab Sergio dan Aurora menatapnya dengan tatapan tak enak.


“Tidak apa nona, aku juga tidak pernah sedih dengan ini semua. Sesuatu yang buruk pasti akan terjadi dalam kehidupan kita semua, kita hanya perlu menjalaninya saja terus, kan?” lanjut Sergio sembari melemparkan senyuman kecil kepada Aurora.


“Hey, Timo! Aku tidak melihatmu jika kau berada di belakang seperti itu.” Kata Lira berusaha mencairkan suasana, Timo yang sedari tadi berdiri di belakang Andrea maju kedepan dengan senyuman lebar.


“Kau diundang?” tanya Lira yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Timo.


“Lalu, kenapa kau ada di sini?” tanya Lira lagi dan Andrea yang menjawabnya.


“Aku yang mengundangnya. Aku juga yakin Ziotto tidak akan keberatan apabila supir nomor satu milik Mafia Tappeli ikut ke pesta pernikahannya.” Jawab Andrea sembari merangkul bahu Timo, Timo tersenyum lebih lebar lagi.


“Ha! Seperti keluarga saja.” Kata Richard dan Gilardo menatapnya dengan tatapan yang mengerikan.


“Jika kau menghinanya, kau juga menghinaku.” Balas Gilardo, dan suasana terasa lebih mencekam. Revolver di balik jas Andrea terasa hangat.


“Tolong jangan bertempur di pestaku.” Ucap seseorang yang mendekat ke arah mereka, orang itu bertubuh tinggi dan berbadan sedikit kekar, mengenakan jas berwarna abu-abu dan juga topi fedora berwarna putih. Ketika orang itu semakin mendekat, mereka semua bisa melihat janggut tipis yang menutupi area dagu dan sedikit lehernya.


“Halo Ziotto, sudah lama tidak berjumpa.” Sapa Andrea sembari menjabat tangan kawan lamanya itu.


Bersambung ...


0 views0 comments

Related Posts

See All

Comments


bottom of page