top of page

Bab 7 - AFaAK

Setelah itu Ziotto langsung memeluk erat Gilardo dan kemudian menjabat tangan mereka semua secara bergantian, mulutnya mengukir senyuman yang lebar dan hangat.


“Dimana Patricia dan anak barumu itu?” tanya Ziotto kepada Aurora, yang langsung menunjuk ke arah Robert yang berada tak jauh dari mereka yang sedang memakan es krim.


“Ah, tentu saja. Timo! Apa kabarmu?” tanya Ziotto sembari memeluk Timo dengan erat, Richard menatapnya sedikit terkejut.


“Terimakasih telah mengundang kami semua Ziotto.” Kata Sergio dan Ziotto melepas pelukannya dan kemudian menatapnya sebentar.


“Ah, kau pasti Sergio.” Tebak Ziotto dan Sergio tersenyum kepadanya.


“Dua pemimpin dan dua Consigliere dari dua Mafia terbesar di kota Delitto sedang berkumpul di satu tempat dan mereka semua tidak saling membunuh satu dengan yang lain, menakjubkan bukan?” tanya Ziotto sembari merentangkan kedua tangannya. Sergio menatapnya dengan tatapan bingung.


“Jangan khawatir, aku tahu apabila kau sudah lama sekali menginginkan perang dengan kami.” Lanjut Ziotto, dan suasana saat itu tiba-tiba terasa lebih mencekam dari sebelumnya.


Andrea tidak menyangka apabila Ziotto akan merubah suasana menjadi secepat ini, Ia juga tidak menyangka apabila Ziotto akan mencari masalah dengan Mafia Arnaldo.


Mendengar itu, Lira terlihat salah tingkah dan malu-malu. Tetapi Richard dan Sergio menatap ke arah Ziotto dengan tatapan tajam dan membuat suasana menjadi lebih panas dari sebelumnya.


“Mungkin kau salah mendengar itu, Ziotto.” Kata Lira berusaha meredam suasana, ia tersenyum lebar kepada Ziotto.


“Yeah, mungkin aku salah dengar.” Balas Ziotto dan sekali lagi Andrea terkejut dengan ucapan Ziotto.


“Kalian sudah makan? Aku sudah memesan makanan terbaik di kota ini.” Kata Ziotto mengalihkan topik pembicaraan, dan suasana kembali terasa lebih tenang dari sebelumnya.


“Berbicara soal makan, kami belum makan sedari tadi. Jadi kami pamit untuk mencari makan di sini.” Kata Sergio sembari menatap ke arah Ziotto, tak lama kemudian Sergio menyuruh Richard untuk mendorongnya ke pojok ruangan, Lira mengikuti mereka dengan kepala tertunduk.


“Kenapa kau berbicara seperti itu?” tanya Andrea sembari memegang tangan istrinya, Ia tahu apabila Aurora terlihat tidak nyaman dengan situasi ini.


“Timo, kenapa kau tidak mencari makan di sini? Semuanya bisa kau makan dengan gratis.” Kata Ziotto dan Timo menganggukan kepalanya sekali dan kemudian berjalan pergi.


“Aku rasa tindakanmu itu tadi sangat berbahaya.” Kata Gilardo begitu Timo pergi. Ziotto tersenyum lebar ke arahnya sebelum menjawab.


“Aku hanya ingin memastikan, apabila mereka memang benar-benar berencana untuk berperang dengan kita atau tidak. Tatapan Sergio dan Richard telah menjawab kecurigaanku.” Balas Ziotto, Gilardo menatapnya sedikit bingung.


“Mereka memang benar-benar berencana untuk melawan kita, cepat atau lambat kita akan bertempur dengan mereka.” Genggaman tangan Aurora terasa lebih erat dari sebelumnya.


“Memang sudah tidak bisa dihindarkan.” Kata Gilardo setelah meminum habis bir di gelasnya.


“Maafkan aku telah membuat suasana menjadi tidak nyaman.” Kata Ziotto sembari menatap Aurora dan memberikannya senyuman hangat.


“Kapan acaramu dimulai?” tanya Gilardo.


“Seharusnya sebentar lagi, istriku masih merias wajahnya.” Jawab Ziotto dan mereka tertawa mendengarnya.


“Teman-teman, kita kedatangan tamu.” Kata Ziotto sembari menatap ke belakang kepala Gilardo, dimana ada dua orang pria yang berjalan ke arah mereka. Salah satu dari mereka mengingatkan Andrea pada senapan yang dipajang di dinding rumahnya.


“Aku tahu itu kau.” Kata salah satu dari mereka sembari melihat ke arah Andrea, Andrea kemudian berjalan ke arahnya dan memeluknya layaknya kawan lamanya. Orang itu adalah Peter Raymond, tentara Inggris yang ikut bertempur bersamanya pada saat perang dunia kedua yang lalu dan juga orang yang sama yang memberikan senapan Lee-Enfield miliknya kepada Andrea.


“Aku tidak pernah tahu apabila kau adalah keluarga jauh dari Ziotto.” Kata Peter dengan aksen khas orang Inggris, ketika Andrea melihatnya lebih seksama. Ia lebih tinggi dari sebelumnya dan rambut pirangnya kini sudah muncul uban, hari itu ia mengenakan pakaian berwarna serba putih lengkap dengan topi fedora berwarna putih.


“Kalian saling kenal?” tanya orang satunya lagi yang tadi ikut bersama Peter, Andrea sudah melepas pelukannya dan berjalan ke arah istrinya sembari membisikan sesuatu padanya.


“Tentu saja, aku dan dia pernah berperang bersama di Perancis melawan pasukan musuh saat itu. Dia adalah penembak terbaik dalam regu kami.” Jawab Peter.


“Lebih hebat darimu?” tanya orang itu, dan kali ini Andrea baru tersadar apabila orang itu adalah kepala polisi nasional yang Andrea lihat di layar televisi.


“Jauh lebih hebat dariku.” Jawab Peter dan Andrea melemparkan senyuman tipis padanya.


“Bolehkah aku tahu apa pekerjaanmu, tuan?” tanya kepala polisi nasional itu.


“Aku membuat es-krim.” Jawab Andrea, sedikit bingung hendak memanggil orang itu dengan sebutan apa.


“Panggil aku William, aku adalah kepala polisi nasional negara ini. Kau mungkin telah melihatku di televisi belakangan ini.” Kata William menjawab kebingungan Andrea.


“Peter sudah memberitahuku betapa hebatnya kau, tertarik untuk melindungi negara ini sekali lagi, nak?” tanya William dan Andrea tahu maksudnya.


“Terimakasih banyak, tuan. Tetapi aku sudah melakukannya sekali dan aku tidak ingin melakukannya lagi. Aku sudah damai dengan pekerjaanku yang sekarang dan bersama dengan orang tersayangku.” Jawab Andrea sembari memegang tangan Aurora dengan erat, William menatapnya sebentar dan kemudian tersenyum tipis menerima kekalahannya.


“Ah, anda pasti adalah ayah dari Ziotto.” Kata William sembari menjabat tangan Gilardo, mereka berdua kemudian berbincang satu dengan yang lain dan Peter mendekat ke arah Andrea hendak membicarakan sesuatu.


“Kau tinggal di sini?” tanya Peter yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Andrea.


“Aku punya rumah di kota Delitto.” Jawab Andrea, mendengar itu Peter menatapnya lama sekali.


“Aku ditugaskan di sana, untuk melawan para mafia-mafia brengsek yang berkeliaran disana. Tetapi pasukanku gagal melawan mereka, banyak sekali dari mereka yang terluka dan tewas. Aku adalah salah satu dari sedikit orang yang selamat.” Kata Peter dan Andrea memasang wajah sedih sebisa mungkin.


“Aku tidak pernah menyangka apabila orang-orang Mafia di sana mempunyai prajurit yang hebat, aku bertempur dengan dua manusia yang hebat disana. Sudah lama sekali aku tidak merasakan kekalahan.” Lanjut Peter, kemudian Robert datang menghampiri mereka dan diikuti oleh Patricia dan Natalia di belakangnya.


“Makanan di sini sungguh enak sekali.” Kata Robert ketika sudah berada di samping Andrea, ia membawa semacam mangkuk kecil berisikan es krim rasa coklat dan memakannya dengan lahap. Tetapi di depannya, Peter menatap ke arah Andrea dan Robert lama sekali, seakan berusaha untuk mengingat sesuatu dalam kepalanya.


“Mama mau es krim?” tanya Patricia sembari menyuapi Aurora satu sendok es krim, Natalia kemudian membersihkan mulut Aurora dengan tissue setelah Aurora memakan es krim.


“Apa pekerjaanmu tadi?” tanya Peter, nadanya sedikit berubah dan Andrea merasakannya dengan jelas.


“Aku punya restoran es krim di kota.” Jawab Andrea, Robert menatapnya sedikit bingung, ketika melihat keberadaan Peter barulah Ia sadar apabila Andrea sedang bermain peran.


“Dan kau, tuan? Bolehkah aku tahu apa pekerjaanmu?” tanya Peter kepada Robert yang langsung menelan habis es krim di mulutnya sebelum menjawab.


“Aku hanya tukang bersih-bersih.” Jawab Robert dengan cepat, sekali lagi Peter menatap mereka berdua dengan lama. Tetapi kemudian Ia menggelengkan kepalanya dan tersenyum sendiri.


“Ada apa?” tanya Andrea, berpura-pura bingung.


“Tidak, aku hanya memikirkan orang lain.” Jawab Peter.


“Memangnya, apa pekerjaanmu?” tanya Robert berusaha se-sopan mungkin.


“Aku adalah anggota khusus dari FBI. Sekaligus juga pemimpin unit pasukan anti kriminal di negara ini.” Jawab Peter sembari merapikan jas putihnya. Ia terlihat bangga dengan posisinya saat ini.


“Aku juga adalah veteran perang dunia kedua, aku pernah bertempur bersama dengan Andrea. Tetapi, tentunya kau tahu itu kan? Kalian saudara jauh dari Ziotto kan?”


“Setelah perang usai, aku memutuskan untuk pergi dari negaraku dan tinggal di sini. Lalu kemudian mendaftarkan diriku menjadi anggota kepolisian di sini, tak lama kemudian aku dipindahkan ke FBI dan sekarang aku di sini.”


“Bolehkah aku menanyakannya sekali lagi? Maukah kau untuk menjadi anggota kepolisian dan membantu negara ini sekali lagi?” tanya Peter, sebelum Andrea sempat menjawab pertanyaan itu. Patricia maju kedepan sembari menyendok es krim dari mangkuknya.


“Paman mau es krim?” tanya Patricia sembari menyodorkan satu sendok es krim ke arah Peter, Peter kemudian berlutut dihadapan Patricia sembari memegan kedua bahu Patricia dengan lembut.


“Maafkan aku, tetapi aku tidak bisa memakan sesuatu yang terlalu manis.” Jawab Peter dan ekspresi wajah Patricia terlihat sedih sekali.


“Anda tidak bisa makan es krim?” tanya Patricia, wajahnya nampak menjadi lebih sedih lagi ketika Peter menggelengkan kepalanya. Kemudian Patricia memeluk Peter dengan hangat,

Peter terlihat sedikit terkejut tetapi Andrea tersenyum tipis padanya yang mengatakan apabila itu tak apa.


“Terima kasih nak.” Kata Peter sembari melepas pelukan Patricia dan mengelus rambutnya.


Kemudian Aurora memanggil Patricia dan Patricia dengan segera bergegas ke arah ibunya.


“Kau tak perlu menjawabnya,” kata Peter setelah bangkit berdiri lagi.


“Kau sudah mempunyai hidup yang nyaman dan tenang, aku tidak ingin merusaknya.”


“Aku kan sudah mengatakannya padamu, aku akan punya keluarga dan hidup dengan tenang setelah perang usai.” Balas Andrea dan Peter menganggukan kepalanya.


“Mungkin aku juga harus memikirkan tentang pensiun,” kata Peter sembari menatap ke arah Aurora, Patricia dan Natalia yang berada tak jauh dari mereka dan sedang mencoba makanan lezat di sekitar mereka.


“Tetapi aku masih punya satu tugas lagi yang belum kuselesaikan, menghancurkan semua mafia di kotamu.” Lanjutnya dan Andrea menghembuskan nafas yang panjang, ia tahu ia pasti akan bertarung dengan kawan lamanya itu.


“Senang berjumpa lagi denganmu, tetapi aku harus pergi. Teman-teman polisiku menungguku di sebelah sana. Aku juga sedang bertugas di kota Delitto, kau harus kunjungi aku. Aku tinggal di Hotel Carmella. “ Katanya sembari berjalan pergi meninggalkan mereka menuju ke sudut ruangan dimana sekumpulan orang sudah menanti kehadirannya.


“Apakah dia orang yang kita lawan waktu itu?” tanya Robert dan Andrea menjawabnya dengan anggukan cepat.


“Pantas saja kau kesulitan membunuhnya, dia salah satu petinggi FBI! Kita baru saja mencari masalah dengan orang yang salah.” Kata Robert, terdengar sedikit ketakutan di suaranya, tetapi Andrea memakluminya karena bisa bertarung satu lawan satu dengan seorang petinggi FBI bukanlah suatu hal yang kecil.


“Aku yakin dia sudah tahu siapa kita sebenarnya.” Kata Robert dan Andrea mau tak mau setuju padanya.


“Bagaimanapun juga, aku lah yang harus membunuhnya,” ucap Andrea, Gilardo dan Ziotto bergabung bersama dengannya ketika William juga memutuskan untuk pergi.


“Dia terlalu kuat untuk kalian semua, hanya aku yang bisa mengalahkannya. Setelah ini, aku akan mengunjungi Hotel Carmella dan memberikannya sambutan perpisahan.” Lanjut Andrea, Robert menepuk pundaknya pelan dan Gilardo tersenyum setuju padanya.


“Apa kau yakin bisa membunuhnya? Dia adalah teman lamamu kan?” tanya Ziotto.


“Dia sendiri yang bilang apabila dia masih ingin membunuh mafia-mafia lain di kota kita, dialah yang meminta perang. Rasanya tidak sopan apabila aku tidak memberikan pertempuran yang Ia inginkan.” Jawab Andrea dan Ziotto tertawa kecil mendengarnya.


“Tetapi sebelum itu, mari kita berpesta. Wanitaku sudah siap disana.” Kata Ziotto sembari berjalan menuju seorang wanita cantik yang menggunakan gaun putih anggun, Ziotto memang benar. Wanitanya sangatlah cantik.


Bersambung ...


1 view0 comments

Related Posts

See All

Opmerkingen


bottom of page