top of page

Bab 8 - AFaAK

Prosesi pernikahan telah dimulai, Ziotto mencium bibir wanita itu dengan lembut dan semua orang yang hadir disitu menepukkan kedua tangan mereka dengan meriah. Robert dan Timo terlihat meneteskan air mata, sedangkan Andrea sendiri merasa bangga sekali ketika melihat Ziotto menggandeng wanitanya dengan ramah dan lembut.


Aurora memegang tangan Andrea sedari prosesi dimulai, Patricia dan Natalia berdiri di depan mereka dan meskipun masih berusia 7 dan 8 tahun, tetapi mereka tampaknya tahu betapa sakralnya prosesi pernikahan ini sehingga mereka hanya terdiam tanpa suara sedari tadi.


“Aku, Ziotto Penale. Akan bersumpah untuk mencintai Catherine Laura sepanjang nafasku mengalir, tak peduli apapun masalah yang akan kita hadapi dan tak peduli berapapun lamanya. Untuk selamanya, aku akan berada di sampingnya sebagai seorang suami.” Kata Ziotto sembari berlutut di hadapan wanita itu, Catherine terlihat meneteskan air mata ketika melihat lelakinya berlutut di hadapannya.


“Apakah kau bersedia untuk berada di sampingnya?” tanya pendeta yang berada di tengah mereka berdua.


“Aku bersedia.” Jawab Catherine dan Ziotto terlihat bahagia sekali mendengarnya.


“Maka hari ini, kalian ada sepasang suami istri. Semoga kalian terus bersama sampai akhir hayat yang memisahkan kalian.” Kata pendeta itu dan semua orang sekali lagi bertepuk tangan dengan meriah ketika Ziotto memeluk istrinya itu dengan hangat dan erat.


Tak lama kemudian, pesta pun dimulai. Ziotto menghadirkan seorang penyanyi bersuara merdu yang langsung melantunkan lagu-lagu yang enak sekali untuk di dengar. Tetapi Andrea dan keluarganya kini sedang menikmati makanan yang sangat lezat sekali. Gilardo, Robert dan Timo juga bergabung di meja keluarga Andrea, dan mereka semua saling berbicara dan bercanda satu sama lain. Sudah lama sekali Andrea merasa sehangat dan senyaman ini.


Patricia, Timo dan Robert berlomba untuk menghabiskan makanan sebanyak mungkin, dan Natalia serta Aurora tertawa melihat ekspresi mereka yang terlihat ingin sekali memenangkan lomba itu. Sementara itu, Gilardo dan Andrea menepi sedikit dan sesekali tersenyum melihat tingkah laku Patricia, Timo dan Robert yang lucu. Gilardo meminum sampanye miliknya, sementara Andrea meminum kopi hitam hangatnya.


“Kau sudah mulai menganggap kami sebagai keluargamu?” tanya Gilardo kepada Andrea, Andrea menatap ke kopi hitamnya lama sekali sebelum menjawab pertanyaan itu.


“Yeah, aku merasakan sesuatu yang hangat dalam diriku ketika aku bersama dengan kalian.” Jawab Andrea dan Gilardo tersenyum padanya.


“Aku membangun Mafia Tappeli dari awal, sebagai sebuah keluarga. Tidak ada satupun yang dikucilkan dan tidak ada satupun yang aku lebihkan.” Kata Gilardo.


“Aku memang memperlakukan Ziotto seperti anakku sendiri, karena memang Ia sudah aku rawat sedari kecil ketika ayahnya meninggal. Tetapi ingatlah selalu, aku akan selalu menganggap semua anak buahku seperti anakku sendiri.”


“Aku senang ketika mereka senang, dan aku sedih ketika mereka sedih. Inilah yang membuat kalian selalu spesial di mataku.”


“Dan juga yang membuat kita menjadi Mafia yang lebih baik daripada Arnaldo.” Kata Andrea, dan Gilardo tersenyum lebar mendengarnya.


“Ingatlah ini Andrea, jika pada akhirnya Arnaldo memang memutuskan untuk berperang dengan kita. Aku ingin kau untuk membunuh mereka semua tanpa kenal belas kasih dan ampun.” Ucap Gilardo, nada dan matanya terlihat serius.


“Aku telah mengenal Lira sedari aku masih seusiamu, dan aku juga sudah menganggap dia sebagai temanku. Tetapi hari dimana Ia memutuskan untuk berperang dengan kita, adalah hari dimana ia berubah menjadi musuhku.” Hening sejenak ketika Gilardo meminum sampanye miliknya sampai habis, Andrea juga meminum banyak kopi hitam pahitnya.


“Dan aku juga tahu betul apabila kau tidak suka dengan jabatanmu sebagai seorang Capo.” Kata Gilardo dan Andrea mengangkat kedua bahunya, Ia memang tidak pernah suka untuk melakukan tugasnya bersama dengan orang lain. Ia lebih suka untuk melakukan semuanya seorang diri.


“Kau akan tetap bekerja sebagai pembunuh terbaikku, dan hanya disaat waktu tertentu saja kau menjadi seorang Capo. Kau setuju?” tanya Gilardo, Andrea langsung menjawabnya dengan anggukan kepala.


“Aku juga mendengar apabila kau punya sedikit masalah dengan teman lamamu di kepolisan tadi, dan aku tahu betul kau ingin membunuhnya secepat yang kau bisa. Tetapi kau tidak boleh membunuh dia sebelum aku menyuruhmu untuk membunuhnya, mengerti?” tanya Gilardo lagi, dengan tatapan dan suara yang serius seperti itu Andrea tidak dapat mengatakan tidak kepada Gilardo saat ini.


“Dia adalah salah satu petinggi FBI, kau tidak bisa masuk ke dalam kamar hotelnya dan membunuhnya begitu saja dan berharap kau tidak mendapatkan masalah apa-apa lagi setelah itu. Hari dimana aku memutuskan apabila kau boleh membunuhnya, adalah hari dimana kau akan terbebas dari hukuman apapun di negara ini.”


“Terkadang kau butuh tanda koma dalam hidupmu, kau tak bisa melaju terus begitu saja tanpa berhenti satu dua kali.” Andrea tersenyum mendengarnya berbicara seperti itu.


“Kau juga masih punya beberapa orang yang siap untuk dibunuh, orang-orang yang membawa masalah dalam bisnis kita. Kau bisa bekerja besok?”


“Aku selalu bisa ketika kau membutuhkanku.”


“Bagus, karena kita kedapatan satu manusia yang berani merampas salah satu bisnis milik kita. Kau tidak keberatan untuk membunuh seorang wanita, kan?” Ketika mendengar Gilardo berbicara seperti ini, wajah Aurora terlintas di pikiran Andrea tetapi Andrea kemudian menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Gilardo.


“Ada satu wanita di kota ini yang baru saja merampas salah satu bisnis kita, ia membawa senapannya dan menodongkannya kepada sang kasir. Untungnya, kasir itu ingat betul bagaimana wajah dari sang wanita itu karena ternyata wanita itu adalah Linda Virginia.”


“Pelacur berambut merah?” potong Andrea, Linda adalah pelacur yang cukup terkenal di kota. Hampir semua orang di kota Delitto tahu namanya dan tahu betul bagaimana wajah rupawannya.


“Betul, aku tidak tahu mengapa Ia merampas salah satu bisnis kita. Atau mengapa dia mempunyai senapan di tangannya, tetapi satu hal yang aku tahu adalah aku benci pelacur, dan lebih-lebih. Pelacur yang bermacam-macam dengan bisnisku.”


“Jadi kau lakukan tugasmu dan buat dia menghilang dari kota ini.”


“Pekerjaan yang mudah.” Gilardo tersenyum puas ketika mendengar Andrea berbicara seperti itu.


“Aku tahu aku selalu bisa mengandalkanmu.” Kata Gilardo dan pembicaraan mereka usai ketika Patricia datang ke Andrea sembari menyuapinya makanan yang langsung Andrea lahap.


“Paman mau?” tanya Patricia sembari menyuapkan makanan ke arah Gilardo, tetapi Gilardo mengelus rambut Patricia dengan lembut.


“Aku sudah kenyang manisku, mungkin paman Robert ingin lagi.” Jawab Gilardo sembari membersihkan kotoran dari mulut Patricia, Robert yang sudah terlihat kenyang sekali hanya bisa pasrah ketika Patricia datang ke arahnya sembari tertawa pelan.


Dari kejauhan, Andrea melihat Ziotto yang menuntun istrinya menuju ke meja Andrea dan yang lainnya berada dan ketika mereka sudah mendekat, Ziotto langsung memperkenalkan istrinya itu kepada mereka semua.


“Kau pasti tuan Gilardo, senang bisa bertemu denganmu.” Kata Catherine sembari mencium tangan Gilardo dengan lembut.


“Dia sangat cantik sekali.” Bisik Aurora yang duduk di samping Andrea, Andrea menggelengkan kepalanya tidak setuju.


“Kau jauh lebih cantik.” Balas Andrea, istrinya tersenyum malu dan Catherine menatap ke arahnya.


“Ah, dan kau pasti adalah Andrea,” kata Catherine, Andrea hanya tersenyum padanya.


“Ziotto bercerita banyak hal tentangmu.”


“Jangan khawatir, aku sudah tahu siapa kalian sebenarnya. Aku juga tidak akan mengganggu Ziotto atau satupun dari kalian.”


“Aku hanya ingin meminta satu hal darimu.” Mendengar ini, Andrea memajukan badannya untuk mendengar Catherine lebih jelas lagi.


“Tolong jaga dan lindungi Ziotto.” Andrea tersenyum dan menganggukan kepalanya sekali.

Catherine menatapnya lama dan kemudian Ia menoleh ke arah Aurora dan tersenyum lebar ke arahnya.


“Anda pasti adalah istrinya, senang bertemu dengan anda.” Sapanya sembari mencium pipi Aurora dengan lembut.


Di tengah keramaian dan orang-orang yang berbicara satu sama lain, Andrea menyingkirkan dirinya dan bergabung dengan Robert, Timo dan kedua anaknya di ujung meja yang lain. Robert terlihat sudah tertidur akibat kekenyangan, Timo pun sama sementara Patricia dan Natalia masih bercanda meskipun sambil berbisik agar tidak membangunkan dua orang di depan mereka.


“Ayah.” Bisik Patricia sembari menyuruh Andrea mendekat.


“Paman Robert dan Paman Timo mulutnya berair banyak sekali.” Kata Patricia sembari berusaha menahan tawanya, Andrea menoleh ke arah mereka dan memang benar adanya.

Natalia secara diam-diam memasukan kue coklat berukuran kecil ke dalam mulut mereka berdua yang masih belum terbangun. Andrea, Patricia dan Natalia tertawa pelan ketika melihat Robert yang tanpa sadar mengunyah kue coklat itu.


“Mereka pasti sudah lelah sekali.” Kata Andrea dan kemudian Patricia menguap lebar sekali, tak lama kemudian Natalia juga mengikuti jejaknya. Andrea mencari jam dinding besar di ruangan itu dan ketika Ia menemukannya, ia baru menyadari apabila waktu sudah menunjukan angka 11 malam.


“Kalian ingin tidur?” tanya Andrea sembari membersihkan kedua mulut mereka dengan tissue. Mereka berdua juga mengangguk pelan.


“Baiklah, kita tampaknya harus pulang ke rumah. Ayah punya pekerjaan yang harus ayah lakukan besok.” Kata Andrea, tetapi mereka berdua tampaknya terlalu lelah untuk memahami ucapan Andrea tadi.


Andrea kemudian membangunkan Timo yang terlihat kaget sekali ketika dibangunkan, dan kemudian mereka semua berjalan ke arah Aurora dan Ziotto berada. Memanggil istrinya untuk kembali ke rumah, dan mengucapkan salam perpisahan kepada Ziotto dan istrinya dan juga Gilardo yang akan menyusul Andrea sesaat lagi. Kemudian mereka pun keluar dari gedung itu, meninggalkan Robert yang masih terlelap dengan sisa serpihan kue coklat di mulutnya.


“Kau yakin bisa membawa mobilnya, Timo?” tanya Andrea ketika mereka semua sudah masuk ke dalam mobil, Patricia tertidur lelap di pangkuan Andrea sementara Natalia juga tertidur di pangkuan Aurora.


“Tenang saja tuan, aku sudah mengemudi selama 10 tahun. Ini adalah pekerjaan yang mudah.” Jawab Timo sembari tersenyum lebar, lalu kemudian Ia menyalakan mobilnya dan mereka pun berangkat.


Ketika hari benar-benar sudah gelap, mereka pun akhirnya sampai ke rumah. Timo langsung pamit pulang dan Andrea serta Aurora segera membaringkan anak mereka ke kasur tanpa membangunkan mereka. Aurora pun mengajak Andrea untuk tidur dan mereka pun terlelap dalam waktu yang singkat.


Ketika Andrea sudah membuka kedua matanya di esok hari yang cerah, Ia langsung disambut oleh sinar matahari yang masuk melalui celah jendela kamarnya. Dari luar kamarnya, Ia bisa mendengar celotehan kedua anaknya dan juga suara Aurora yang sedang memasak sarapan.


Kemudian Andrea pun segera bangun dari kasurnya, meminum satu gelas air dan kemudian bergegas ke arah ruang makan di mana Ia sudah disambut oleh kedua anaknya dan juga istri tercinta.


Patricia dan Natalia kemudian berlomba untuk mencapai Andrea terlebih dahulu, dan sesampainya di hadapan Andrea mereka berdua langsung memeluk Andrea dengan erat dan hangat. Andrea pun memeluk mereka juga dengan erat dan menambahkan sebuah kecupan hangat di dahi mereka berdua. Natalia terlihat sangat bahagia hari itu, dan Andrea senang sekali melihatnya seperti itu.


Andrea kemudian berjalan ke arah istrinya dan menciumnya dengan lembut di bibir, kemudian istrinya memberikannya sarapannya yang lezat dan mereka semua kemudian memakan sarapan mereka bersamaan. Suasananya sangatlah hangat dan nyaman bagi Andrea.


“Ayah kerja hari ini?” tanya Patricia setelah memakan habis sarapannya. Andrea mengangguk ke arahnya.


“Tapikan ini hari minggu.” Kata Patricia dan Andrea tersenyum manis ke arahnya.


“Paman Gilardo membutuhkan ayah, jadi ayah harus selalu ada ketika Ia membutuhkan ayah.” Jawab Andrea.

“Apakah ayah akan pulang lama?” tanya Natalia, Andrea menyadari apabila Natalia memanggilnya dengan sebutan ‘ayah’ dan Ia tersenyum ke arahnya.


“Mungkin, ayah juga tidak begitu tahu. Tapi akan ayah usahakan untuk pulang cepat.” Jawab Andrea dan Natalia terlihat senang sekali.


“Kita bisa main boneka dengan ayah.” Kata Natalia kepada Patricia, dan mereka berdua terlihat girang sekali. Andrea dan Aurora tertawa pelan melihat tingkah laku mereka.


“Aku sudah memperbaiki topi kesayanganmu.” Kata Aurora sembari memberikannya topi fedora hitam favorit Andrea yang kini sudah tidak lagi cacat dan rusak.


“Terima kasih banyak sayang.” Ucap Andrea sembari mengecup dahi Aurora dengan lembut nan hangat. Aurora tersenyum manis ke arahnya.


Seusai sarapan, Andrea kemudian bergegas mandi dan kemudian memakai kemeja lengan panjang berwarna abu-abu dan kemudian melapisinya dengan jas berwarna hitam, sewarna dengan celana panjang yang Ia kenakan saat itu.


Kemudian, Andrea memeriksa kembali apabila Revolver miliknya sudah berada di balik saku jasnya dan tak lupa Ia memasukan beberapa jumlah peluru Revolver-nya ke dalam saku kemeja dan kemudian baru memakai topi fedora hitam miliknya.


Setelah itu, Andrea berjalan ke arah ruang makan tadi dan mencium semua anggota keluarganya dengan hangat sebelum berjalan keluar rumah dan memulai tugasnya untuk hari ini.


Bersambung ...


0 views0 comments

Related Posts

See All

Comments


bottom of page